Halaman

Rabu, 17 Januari 2018

S.O.L.O

Bab 14

Sore hari yang indah. Matahari masih bersinar dengan sisa cahaya yang tersisa. Nampak berwarna sangat indah dan tenang. Seperti menggambarkan Keagungan Tuhan di alam semesta.
Sore ini Bunga duduk diam di dalam kafe, gadis bertubuh kurus ini menikmati keindahan sore ini dengan sendiri, tak ada teman, sahabat atau kekasih. Setelah ia dan Tama menghadiri acara pernikahan sahabatnya, ia kemudian harus mengantarkan kekasihnya ke Bandara. Meski walau rasa rindu masih menyelimuti, namun secara terpaksa ia harus berpisah dengannya. Semua itu dilakukan Tama demi sebuah masa depan yang indah.


"Kau datang terlalu awal..." Tegur seorang laki laki.


"Tidak apa apa... Sesekali aku ingin datang lebih awal." Jawabnya sambil mempersilahkan lelaki itu duduk.


"Kurasa kau benar.." Ucap laki laki ini. Ia menarik bangkunya dan duduk di meja hadapan Bunga.


"Apa kau kesepian setelah kekasihmu pergi?" Ujar laki laki ini.


"Tentu... Aku bahkan masih sangat merindukannya..." Seru Bunga setelah menegak minumannya.


"Bukankah tidak baik jika kekasihmu baru beberapa hari pergi dan kau malah bertemu pria lain... Kekeke."


"Kau benar sekali Reyhan. Tapi kurasa tak masalah jika aku bertemu denganmu.." Jawab Bunga dengan tersenyum ke arahnya.


"Hahaha... Pasti pacarmu yang sialan itu sudah cerita banyak hal tentangku kepadamu ya?" Ujar Reyhan.


"Mungkin iya atau mungkin tidak.." Guman lirih Bunga. Senyuman jelas terlihat dari wajah cantik gadis ini.


"Kekeke... Kurasa kau gadis yang cepat belajar ya... Hahaha." Suara Reyhan di sela tawanya.


"Tentu... Aku belajar dari kesalahan dan pengalaman." Timpal Bunga.


"Bagus kalau begitu... Jadi tidak masalah jika kita berteman." Sahutnya.


"Berteman?"


"Iya." Ucap Reyhan.


"Baiklah..." Jawab Bunga.


"Lalu untuk apa kau ingin bertemu denganku?" Tambah Reyhan.


"Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu?" Seru Bunga dengan wajah yang serius.


"Kau adalah gadis yang unik dan mempunyai kemampuan menganalisa seseorang dengan baik." Puji Reyhan.


"Kau tahu kan... Ketika aku bersamanya dalam beberapa hari ini, dan aku bertanya padanya tentang siapa aku sebenarnya. Namun kekasihku itu menjawabnya dengan sesuai yang ia ketahui. Dan kemarin aku bertemu dengan sahabatku Yunita Novianti atau Nita, tentu kau tahu apa yang telah disampaikan olehnya kepadaku." Kata Bunga dengan penuh keyakinan.


"Apa ini sebuah pernyataan atau pertanyaan?" Ucap Reyhan. Namun ekspresi wajahnya telah berubah menjadi sedikit tegang.


"Silahkan kau artikan sendiri... Yang jelas sekarang aku ingin penjelasan darimu." Serunya.


"Kekeke... Kau tahu Bunga. Kau mempunyai kemampuan mengintimidasi lawan bicaramu, dan kau juga pandai menyembunyikan ekspresi aslimu. Tapi kau salah dalam satu hal." Ucap Reyhan.


"Apa itu...?" Tanya Bunga sambil mengernyitkan alisnya.


"Hahaha... Kebenaran." Jawab Reyhan.


"Maksudmu?" Suara Bunga yang semakin bingung.


"Kau bisa mengintimidasi lawan bicaramu dan kau memiliki kemampuan analisa yang bagus. Tapi... Bagaimana kalau itu adalah rencana dari lawanmu...?" Jelas Reyhan dengan senyum kemenangan.


Bunga berubah menjadi bingung, ia yakin bahwa tadi ia sempat membaca cara berpikir Reyhan, namun sekarang dirinya yang di buat bingung dengan kata kata Reyhan.
Ia tahu bahwa orang ini begitu pandai bermain teka teki dan tipuan, namun ia tidak bisa menebak jalan pikirannya.
Apa yang dipikirkan, ekspresi wajahnya, tingkah laku dan gerakan tubuhnya serta suara hatinya, tak bisa ditebak. Ini mirip ketika kau ingin pergi ke selatan tapi melangkahkan kaki ke utara.


"Hahaha..." Tawa Reyhan pecah melihat ekspresi kebingunan dari temannya itu.


"Sudah tidak usah dibahas lagi." Gerutunya yang masih bingung.


"Lalu apa yang kita bahas?" Seru Reyhan dengan tersenyum.


"Kau dan Nita." Jawabnya Tegas.


"Bukankah temanmu itu sudah menjelaskan semua dan segala hal padamu. Jadi seharusnya tak perlu ada lagi yang kau tanyakan." Ungkap Reyhan.


****


Sehari sebelumnya.


Nita yang waktu itu setelah bertemu dengan Reyhan memilih untuk pergi ke rumah temannya, Bunga. Ia ingin bercerita dan berbagi kesedihan saat ini, sebab ia tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.
Dan ketika sampai dirumah sahabatnya itu ia melihat mobil salah satu sahabat lainnya disana. Ia lalu mengetuk pintu rumah dan langsung disambut oleh Bunga.


Saat itu Bunga sangat heran dengan Nita, wajah sahabatnya ini begitu sedih dan pucat, tak ada sinar cerah yang setiap hari menghiasi wajah sahabatnya ini.
Ia pun mempersilahkan Nita untuk masuk dan menyuruhnya duduk di ruang tamu bersama dengan Merlin, yang saat itu juga ada di rumahnya.
Ekspresi Merlin hampir sama dengan Bunga, ketika melihat Nita datang dengan wajah sedih, dan pucat. Seperti habis di terjang oleh sebuah badai.


"Ada apa Nita?" Tanya Merlin sambil memeluk sahabatnya itu.


Nita yang duduk dan mendapat pelukan hangat dari sahabatnya itu hanya bisa diam. Matanya berkaca kaca, hatinya sangat sedih serta tinggal menunggu waktu saja agar air matanya segera tumpah.


"Ini minumlah dulu..." Ujar Bunga yang datang dari dapur dan membawa minuman untuk sahabatnya.


"Terimakasih..." Ucapnya lirih.


"Ceritakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi... Hingga bisa membuatmu seperti ini?" Seru Bunga yang duduk di sebelah kanan Nita, sedangkan Merlin berada di samping kiri dari Nita.


Nita terdiam dan menatap sahabatnya satu per satu. Ia bersyukur disaat seperti ini mempunyai sahabat seperti mereka. Sahabat yang takkan ingin ia tukar dengan apapun jua.
Ia kembali menghela nafas dan menyiapkan mentalnya. Kemudian dirinya bercerita tentang masa lalu dirinya bersama Reyhan. Ia menceritakan semua hal dengan detail kepada kedua sahabatnya ini, hingga tak ada satu kata pun yang terlewat olehnya. Namum di akhir cerita itu, ia sudah tak mampu lagi membendung air matanya. Cerita ini berakhir dengan suara tangis dan akhir mata dari Nita.


Sedangkan Bunga, dan Merlin hanya terdiam. Mereka berusaha menenangkan sahabatnya, namun mereka juga tidak tahu jalan keluar dari permasalahan sahabatnya ini. Hingga ketiga gadis ini saling berpelukan dan memeluk sama lain sebagai simbol mereka berdua juga merasakan apa yang sedang dirasakan sahabatnya, Nita.


****


"Kau sudah paham... Lalu untuk apa kau ingin bertemu dan membahas hal ini denganku." Ujar Reyhan kepada Bunga.


"Tapi aku juga ingin mendengarkan penjelasan darimu.." Kata yang keluar dari mulut Bunga.


"Terserah. Tak ada yang perlu dijelaskan." Jelas Reyhan yang kemudian pergi meninggalkan Bunga.


Sementara Bunga hanya duduk terdiam tanpa bisa melakukan apa apa. Sebenarnya ia ingin sekali membantu dua orang yang sedang bermusuhan ini, namun ia dihadapkan pada sikap egois masing masing dari mereka. Perbincangan dengan Reyhan tak menghasilkan apa apa, tak ada informasi yang ingin ia ketahui berhasil di dapatkan, semua ini berakhir dengan percuma.


*****


Nita yang beberapa hari terakhir terlihat murung ini mencoba untuk menghapus kesedihan yang ada di hatinya. Ia ingin pergi jalan jalan dan berbelanja sebagai sebuah pelampiasan, namun saat hendak keluar ia melihat rumah Reyhan yang tepat ada di sebelahnya dan hanya berjarak beberapa meter itu. Ia merasa sangat benci dan penuh amarah kepada Reyhan, ia sangat ingin mengusirnya pergi agar tidak mengganggu lagi ketenangan hidupnya.
Ia langsung mengendarai motornya dan pergi entah kemana.


Nampaknya berbelanja memang bisa sedikit mengobati rasa sesal penuh amarah dan rasa sakit hatinya. Seharian berjalan jalan dan berkeliling mall sedikit sejenak melupakan masalah yang tengah di hadapinya. Namun rasa itu nampaknya tidak akan bertahan lama.
Ada seseorang yang menghampiri dan menyapa dirinya ketika menikmati Makan siang di Mall.


"Kau...?" Ucap Nita dengan heran.


*****


TBC....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar