Bab 3
Nita yang sedang duduk termenung di taman, ia menunggu kekasihnya kembali dari membeli makanan dan minuman. Saat itu di taman banyak sekali orang, namun entah mengapa ia merasakan sebuah sepi hingga pikirannya pun melayang entah kemana.
"Melamun apa hayo?" Ucap Arifin sambil menepuk bahu Nita. Ia juga tak lupa membawa makanan dan minuman yang dibelinya tadi.
"Enggak kok... Cuma iseng saja." Jawab Nita sambil tersenyum manis.
"Iseng kok melamun, nanti kemasukan setan baru tahu... Hehehe." Sahut Arifin dengan sedikit tegas. Ia tahu ada yang sesuatu hal yang menggangu kekasihnya itu.
"Itu tadi tetangga baru kamu?" Suara Arifin sambil menyedot minuman kaleng.
"Iya..." Jawab Nita sambil menganggukan kepalanya.
"Dia sepertinya pendiam, tipe orang yang tak suka banyak bicara atau bergaul gitu.." Tambah Arifin.
"Entahlah aku tidak tahu... Dia juga baru datang beberapa hari." Timpal Nita.
Kini Nita sedang menoleh ke arah Arifin, ia melihat dari dekat kekasihnya ini. Kekasih yang sudah cukup lama untuk bersama, dan bahkan percintaan mereka diawali dari sebuah pertemanan.
Pertemanan dimana ia dan Arifin pernah di satu Kampus dan Fakultas yang sama.
Sebenarnya ia bersyukur pada Tuhan atas hadirnya Arifin di hidupnya. Seorang lelaki yang berparas tampan bertubuh tinggi tegap dengan badan berisi.
Saat itu juga Arifin juga menoleh ke Nita, ia melihat gadis yang paling dia sukai. Bahkan ketika mereka bertemu pertama kali ia sudah menaruh hati padanya.
Ia kembali teringat dimana saat mereka berjumpa untuk pertama kali saat masa kuliah. Dimana mereka berdua tergabung di kelas yang sama.
Dan sekarang kini gadis pujaannya itu sudah menjadi kekasihnya.
*****
19.24
Seorang pria pulang dari tempat kerjanya. Ia pun turun dari motor dan masuk ke rumahnya. Ia pun mendapati ruangan tamu rumahnya sepi, dan ia beralih ke dapur untuk menemukan keluarganya.
Disana ia mendapati istrinya sedang mempersiapkan makan malam untuk dia dan anak anaknya.
"Yang lain pada dimana mah? Kok sepi?" Tanya pria tersebut dan membuat terkejut istrinya.
"Si gadis sedang pergi dengan pacarnya, sementara Tara sedang bermain futsal." Jawabnya singkat.
Ia melihat ada potongan kue diatas meja dan langsung mengambilnya, tanpa perlu tahu darimana datangnya kue itu."Kue yang enak.. mmzzz.." Ucapnya dengan mulut penuh makanan.
"Itu kue dari tetangga baru kita, dia memberikan itu sebagai salam perkenalan.." Kata ayu kepada suaminya yang menikmati kue tersebut.
"Siapa namanya dan darimana ia berasal?" Tanya Ridwan. Suami dari Ayu yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan obat.
"Ia mengatakan namanya Reyhan, dan ia datang dari Malang.." Jawab Istrinya yang masih membersihkan dapur.
"Jadi ia berasal dari Malang, orang Malang asli?" Tanya suaminya lagi.
"Tidak... Dia mengatakan dia bukan asli orang Malang." Ujar Ayu kepada suaminya.
Kedua pasangan suami istri ini pun makan malam berdua tanpa ditemani anak anak mereka yang sudah sibuk dengan urusan masing masing. Pasangan ini seperti bernostalgia saat keduanya masih belum memiliki anak.
*****
Beberapa Hari Kemudian.
Bunga yang sedang bekerja di sebuah Mall, harus berdiri di depan pintu Mall. Ia berdiri bukan tanpa alasan, karena beberapa hari terakhir omset Mall ini semakin sedikit jadi ia juga harus membantu menarik pelanggan agar banyak yang datang.
Padahal seharusnya ia bekerja di bagian administrasi, akan tetapi karena managernya menyuruh dirinya untuk membantu Spg yang ada.
Sebenarnya tubuhnya lelah sekali hari ini dan juga lupa sarapan pagi tadi. Seandainya pagi ini ibunya tidak membangunkan dirinya, dia sudah pasti terlambat bekerja.
Semenjak ayahnya meninggal dunia ia yang jadi tulang punggung keluarga, sebab ibunya hanya bekerja sebagai karyawan toko roti.
Sebenarnya ia masih mempunyai kakak laki laki, seorang kakak yang sudah berumur kepala tiga tapi kelakuannya masih seperti anak kecil. Pergi main, mabuk mabukkan dan pulang hanya kalau butuh uang saja. Dan sisanya ia menjalani hidupnya bersama dengan teman temannya.
Dan ketika itu matanya menangkap seseorang yang berjalan ke arahnya. Benar saja saat ia menajamkan matanya dan kembali memastikan hal itu. Dia adalah tetangga baru Nita. Saat itu jantungnya berdegup kencang, berdetak tak menentu seakan akan ingin meledak.
"Apa yang harus kulakukan..." Ucapnya dalam hati.
Hingga pemuda itu lewat di hadapannya Bunga hanya terdiam bagaikan patung prasasti tak bernyawa.
Sebenarnya ia ingin menyapanya saat itu, namun mendadak tubuhnya jadi kaku dan serasa ia berubah menjadi patung.
Semuanya terjadi sebab tatapan tajam dan indah pemuda tersebut, tatapan yang setajam mata elang dan keindahan bola mata yang bersinar terang.
Sementara pemuda itu hanya melirik saat melewatinya, ia sedikit menunjukkan senyum sebelum berjalan pergi melaluinya.
Entah kenapa setelah pemuda itu pergi dirinya seperti tersadar dari sebuah pengaruh hipnotis atau sihir.
Ia sadar bahwa dirinya sudah memiliki kekasih tapi pemuda tadi berbeda. Ia pun menoleh ke belakang, menoleh kemana pemuda tadi pergi.
****
Hari ini keempat sahabat berkumpul lagi, mereka kembali berkumpul di rumah Nita, dan seperti biasa mereka selalu menggosipkan hal baru atau bahkan hanya sekedar bercerita. Mereka juga bercerita tentang Merlin yang bertemu dengan Reyhan, tetangga baru Nita, dan hal yang sama pun dialami bunga. Tapi entah sadar atau tidak, Nita tidak mempedulikan hal itu, baginya tidak ada yang ia perlu tahu tentang tetangga barunya itu.
"Kau sependapat denganku dan bunga juga kan, Nis?" Ujar Merlin yang bertanya kepada sahabatnya itu.
"Iya, namun aku merasakan hal yang lain juga.." Jawab Nisa.
"Iya kan, kamu juga menganggap pria itu aneh.." Tambah Merlin.
"Tapi entah mirip atau apa, aku seperti pernah melihat wajah itu." Sahut Bunga sambil mencoba kembali mengingat.
"Kalau kau sendiri bagaimana?" Tanya Merlin sambil melirik ke arah Nita.
"Aku tak tahu..." Jawab Nita sambil menggerakkan kedua bahunya. Saat itu lah tetangga barunya keluar dan melihatnya, begitu juga dengan Nita.
Ia melihat pemuda itu dan serasa bahwa waktu berhenti untuk sekejap serta bumi berhenti berputar. Hingga ia memalingkan kembali pandangan matanya dan semuanya kembali normal.
Tapi saat ia kembali menatap kesana pemuda itu sudah hilang entah kemana.
Saat itulah ayah Nita keluar rumah sambil membawa peralatan pancing, ia pun sedikit memberi nasihat kepada anak dan teman teman anaknya itu. Ia berpesan agar tidak mencurigai seseorang apalagi dia itu tetangga kita. "Waspada boleh tapi jangan terlalu curiga."
Selesai memberi nasehat itu, ia pergi ke tempat pemancingan kesukaannya. Memancing adalah hobi dari ayah dua anak ini, sebagai media penyegaran diri dan juga bisa sebagai media penyegaran pikiran.
Ia pun pergi memacu sepeda motornya ke tempat pemancingan dan meninggalkan anaknya bersama teman temannya.
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar