Halaman

Senin, 15 Januari 2018

S.O.L.O (Story Of Love)

Bab 11

Beberapa Minggu Kemudian.


Sebuah hari yang indah, dengan cuaca cerah dan di minggu pagi. Tapi ada beberapa hal yang justru terjadi di hari yang indah ini.


"Sayang... Cepat nanti kita terlambat?" Teriak Tama yang duduk ruang tamu menanti kekasihnya berganti pakaian dan berhias.


"Iya sebentar sayang..." Teriak Bunga yang masih sibuk dengan hiasan wajahnya.


"Maaf ya nak Tama, anak ibu memang lama kalau berdandan." Seru suara halus yang mendinginkan suasana panasnya.


"Iya tidak apa apa kok tante.." Jawab Tama dengan nada yang tak kalah halus.


Hari ini adalah hari salah satu sahabat Bunga. Annisa Putri Choirun atau Nisa dan Indra melangsungkan acara resepsi pernikahan mereka, yang bertempat di sebuah hotel. Setelah sebelumnya beberapa hari yang lalu mereka melaksanakan acara Ijab Qobul. Calon mertua dan menantu ini masih sibuk menunggu Bunga yang masih sibuk tersendiri. Sudah hampir setengah jam kedua orang lintas generasi ini menunggu, hingga tergambar jelas rasa bosan dan sebal pada wajah masing masing.


"Ayo kita berangkat..." Ucap Bunga yang baru keluar dari kamarnya. Kali ini ia berbeda dari biasanya, terlihat lebih cantik dan anggun. Bahkan Tama menatapnya tanpa berkedip.


"Ehem ehem..." Suara Ibu Bunga yang membuyarkan lamunan Tama. Sementara itu Bunga hanya mampu tertawa melihat ekspresi pacarnya itu.


Mereka bertiga keluar dari rumah dan menuju tempat Resepsi Pernikahan.


****


Di Tempat lain Yunita dan Arifin berangkat bersama. Mereka pergi menggunakan mobil Arifin. Sedangkan orang tua dan adiknya telah berangkat terlebih dahulu. Hari ini Nita mengenakan pakaian yang sepasang dengan kekasihnya. Sebuah pakaian yang indah serta di balutan dengan warna merah muda yang semakin menampilkan keindahan dan kecantikan dirinya. Ditambah dengan sepasang sepatu yang menghiasi dan menjadi pijakan keindahan kakinya.


Sementara Arifin mengenakan pakaian dengan warna merah dan celana hitam dengan sepatu berwarna hitam gelap. Kedua pasangan ini nampak serasi sekali, bahkan sudah seperti terlihat bagaikan suami istri.


****


Pesta Pernikahan ini berlangsung dengan meriah dan khidmat. Semua orang memandang kedua pasangan tersebut yang menjadi tokoh utama dari sebuah kisah pendek dan bagaikan menjadi raja dan ratu semalam.
Nisa malam ini terlihat sangat cantik dan sempurna, dengan pakaian sebuah gaun yang berwarna putih yang melambangkan sebuah kesucian.
Demikian juga dengan sang mempelai pria yang menggunakan jas berwarna putih, dan celana putih. Hingga nampaknya keduanya seperti pasangan dari kerajaan langit yang suci.


"Tak kusangka Nisa menjadi secantik itu..." Bisik Merlinda ke telinga Bunga.


"Heem that's  beautiful natural." Seru Bunga. Merlinda, Bunga dan kekasihnya duduk menjadi dalam satu deretan bangku. Dan disamping kirinya duduk Nita dengan kekasihnya. Sementara Merlin tidak datang dengan pacarnya yang baru putus beberapa minggu lalu.


Tapi tiba tiba semua mata hadirin di pesta tersebut melihat ke tempat lain. Kali ini semua mata menatap seorang laki laki yang baru datang dan masuk ke hotel tersebut.


"Kenapa dia ada disini?" Ujar lirih Bunga.


"Nisa juga mengundangnya..." Sahut Nita di sela ucapan sahabatnya.


Tapi memang benar, Reyhan datang seperti sebuah Bintang baru. Mengalahkan semua pandangan yang tadi menatap kagum ke arah pasangan suami istri tesebut. Namun sekarang semua tatapan kagum dan takjub itu beralih pada Reyhan.


Reyhan datang dengan penampilan baru. Rambut panjangnya sudah tak lagi ada, ia juga sudah memotong dan mengganti model gaya rambutnya menjadi belah samping. Terlihat sangat rapi dan elegan.


Ia datang ke acara ini dengan menggunakan pakaian berupa jas yang berwarna hitam dengan corak berwarna kuning emas. Ditambah dengan celana warna hitam serta sepatu hitam yang mengkilat. Hal ini membuat dirinya terlihat seperti Bangsawan dari sebuah kerajaan. Apalagi sikapnya saat berjalan terlihat elegan dan angkuh, justru semakin memperkuat pesona akan dirinya.


"Aku tahu dia memang tampan... Tapi malam  begitu terlihat tampan dan mempesona. Oh Tuhan kuatkan diri hamba ini.." Suara lirih Merlin saat melihat Reyhan datang dan berjalan serta kini tepat duduk di sebelahnya.

Sementara Tama mengetahui teman lamanya itu juga datang, ia langsung meninggalkan Bunga untuk berpindah tempat duduk di sebelah Reyhan.

Sementara Merlin dan Nita menatap heran dengan ekspresi aneh saat pacar sahabatnya itu akrab dengan Reyhan, lelaki aneh namun tampan.

"Suatu saat akan aku ceritakan.." Ucap Bunga yang melihat ekspresi aneh dari kedua sahabatnya.

"Maksudmu apa?" Gerutu Merlin yang makin penasaran.

"Sudahlah. Kita nikmati dulu saja pestanya." Jawabnya.

****


Tiga hari kemudian.


Udara malam yang dingin dengan awan mendung menyelimuti langit malam ini dan hembusan angin yang bertiup seperti mengatakan bahwa hujan tak lama lagi akan tiba. Untuk di Negara Indonesia seharusnya waktu ini adalah musim panas, namun nampaknya bumi ini sudah terlalu tua dan rapuh hingga terkadang kita bisa merasakan air hujan di musim panas, dan juga kita bisa kekeringan di musim hujan.


Tidak ada yang tahu kenapa hal ini bisa terjadi, bahkan para manusia yang ahli pun sulit untuk menjelaskan hal ini dengan detail dan logis. Mereka hanya memberi sebuah pernyataan dan jawaban yang ingin kita ketahui.


Sebenarnya malam ini belum terlalu larut. Akan tetapi mungkin karena sebentar lagi hujan akan segera turun, jadi jalanan yang biasanya terlihat ramai dan sedikit macet kini terlihat lenggang dan sedikit sepi. Namun masih banyak orang orang yang berlalu lalang di jalanan ini.


"Hei Robi... Apa kau benar orang ini akan lewat sini?" Tanya seseorang kepada temannya.


"Aku yakin sekali, bahkan sangat yakin." Jawabnya ke orang yang duduk di sebelahnya dan menyetir mobil.


"Tapi apa kau yakin akan melakukan ini Arifin?" Kata orang yang duduk di jok belakang.


"Iya... Kita harus memberinya pelajaran." Sahut salah satu yang ada di jok belakang juga.


"Aku mengandalkan kalian semua." Ujar Arifin.


Entah apa yang akan dilakukan keempat orang ini, namun mereka seperti membuat rencana untuk melakukan sesuatu hal yang buruk. Dan seketika sampai di suatu jalan, mobil yang mereka tumpangi menepi dan berhenti sambil mata mereka mengamati sesuatu.
Sudah berapa menit mereka menunggu disitu, terdiam duduk di dalam mobil dengan waspada, seperti seekor Harimau yang sedang mengincar mangsanya.


"Lihat itu..." teriak salah satu temannya yang menunjukkan seseorang yang melewati mobil mereka.


Arifin pun menyalakan mesin mobilnya dan memacu mengejar si pengendara sepeda motor yang baru saja lewat. Dan butuh waktu lama bagi Arifin mengejar dan mengikuti orang itu. Ia pun tepat berada di belakang jarak orang itu dan tetap menjaga jarak. Hingga kemudian mobilnya melewati si pengendara dan berhenti tepat di depannya, pada saat jalanan yang sepi.


Sedangkan si pengendara tadi langsung mengerem motornya hingga hampir terjatuh. Ia lalu berhenti dan menatap mobil yang berhenti seenaknya di depannya.
Saat itulah keempat orang ini turun dari mobil dan menatapnya dengan tajam.


Si pengendara ini hanya terdiam melihat empat orang berjalan ke arahnya, ia pun langsung membuka helmnya dan turun dari motornya.


"Aku hanya mengatakan ini sekali! Pergi dari Kota ini dan hidupmu akan tenang, tapi jika kau bersikeras maka jangan salahkan kami kalau kami harus membuatmu terluka." Teriak Arifin dengan nada keras, layaknya pria sejati.


"Benar Bung, lebih baik kau pergi atau menyesal." Tambah salah satu temannya yang bertubuh paling besar diantara keempat orang ini.


Sementara yang dua lainnya bertubuh kekar namun dengan tinggi yang sedang, akan tetapi ada salah satu diantara mereka berpenampilan layaknya seorang tentara. Dengan rambut khas dan badan yang identik mirip prajurit.


"Hahaha.... Kalian terlalu bodoh. Kenapa aku tidak terkejut dengan apa yang kalian rencanakan dan yang akan kalian lakukan." Ujar pria yang ada di hadapan ke empat orang ini. Dengan pakaian serba hitam, ia seperti mengadopsi kegelapan dalam dirinya.


"Diam kau Reyhan. Kau pikir kami tidak tahu siapa kau ini!" Teriak dan hardik Arifin.


"Tentu saja kau dan teman teman bodohmu itu tahu siapa aku yang sebenarnya. Justru ini adalah hal yang bagus bukan!" Ujar Reyhan.


"Benar Bung.. Pergilah dari kota ini. Maka kau akan selamat." Ucap salah satu orang yang ada disebelah kanan Arifin.


"Hahaha... Kau pikir kami akan takut dengan cerita legenda waktu kau masih kuliah dulu! Lebih baik pergi saja!" Sahut orang yang berpenampilan layaknya tentara ini.


"Lalu apa mau kalian? Orang bodoh!" Ujar Reyhan. Kali ini matanya memancarkan sebuah tatapan tajam dan menakutkan.


"Ayo kita beri pelajaran saja orang ini!" Teriak salah satu orang yang bertubuh tinggi. Arifin dan teman temannya pun berlari ke arah Reyhan untuk menghajarnya.


Sementara Reyhan menatap orang orang yang berlari sambil menyeringai. "Tidak ada perkelahian malam ini, hanya ada sebuah pembantaian."


****


Nita duduk di kursi depan rumahnya, hari ini atau lebih tepatnya malam ini mendadak ia merasakan sesuatu yang tidak enak di dalam hatinya. Ia seperti merasakan sebuah rasa takut dan khawatir, apalagi udara malam yang dingin semakin memperburuk suasana hatinya.
Beberapa kali ia mengirim pesan dan menelpon kekasihnya, namun tidak ada balasan satu pun. Ia lalu masuk ke dalam rumah karena air hujan sudah datang malam ini. Dia juga berdoa agar tidak terjadi sesuatu pada kekasihnya, Arifin.


Gerimis kecil malam ini membasahi beberapa orang pemuda yang tergeletak dan terbaring lemah, sisa nafasnya masih ada. Namun tenaga mereka sudah tidak ada lagi, dengan luka memar, dan wajah yang lebam. Nampaknya keempat orang ini babak belur dan terluka parah, hingga tak ada satupun dari mereka yang mampu untuk berdiri.


"Bukankah aku tadi mengatakan, bahwa ini bukan perkelahian. Tapi pembantaian." Ucap Reyhan yang masih berdiri kokoh. Meski ia juga mengalami luka memar di bagian tubuhnya namun ia bisa berdiri tegak. Mengalahkan orang orang yang berbadan lebih besar darinya.


Sementara Arifin bersama teman temannya yang tergeletak lemah itu hanya menatap tajam ke arahnya. Ia dan teman temannya tidak percaya bisa dikalahkan oleh orang yang berbadan lebih kecil darinya saat ini, apalagi ini pertarungan empat lawan satu, justru pihaknya yang unggul dan harus menang, bukan sebaliknya.


"Jika kalian pernah mendengar cerita tentangku di masa lalu, seharusnya kalian takkan mengganggu ku dengan hal bodoh dan tidak berguna ini. Kalian para sampah yang menyedihkan." Ujar Reyhan dengan tatapan tajam dan menakutkan. Ia berbicara dengan gayanya yang meremehkan empat orang yang terbaring lemah ini.


"Tapi kami tidak tahu bahwa cerita itu benar..." Ucap salah satu dari mereka di sela erangan rasa sakitnya.


"Tentu, aku tak menyalahkan kalian akan hal itu. Namun yang harus kalian ketahui adalah bahwa terkadang dongeng atau legenda berasal dari sesuatu yang nyata dan benar." Jelasnya.


"Lalu apa yang akan kau lakukan pada kami sekarang..." Suara Arifin Serak.


"Kali ini aku akan membiarkan kalian. Namun jika lain kali kalian mengangguku, maka akan benar benar terjadi pembantaian!!! Kalian pikir kalian adalah Pemangsa, tapi sebenarnya kalian adalah Mangsa. Kekekeke...." Serunya dengan tawa yang menakutkan.


Reyhan masih menatap orang orang ini dengan tatapan yang menakutkan, ia melihat dan menatapnya satu per satu. Mulut besar dan suara lantang yang tadi di dengarnya dan berteriak kepada dirinya sudah tidak lagi di dengar olehnya. Sekarang hanya nampak sebuah tatapan putus asa dari keempat orang ini.


Akan tetapi Reyhan tak puas akan hal ini, ia sudah tahu identitas dan keburukan semua lawannya. Kemudian dirinya mengatakan satu per satu kebusukan, dan tingkah laku orang orang ini. Dan tentu saja ke empat orang ini terkejut setengah mati, seperti ada petir yang menyambar tubuh mereka saat ini.
Tak terkecuali dengan Arifin, ia mendengar Reyhan berbicara tentang kelakuan buruk, serta kebusukannya dan semua hal buruk dirinya dan orang tuanya.


"Asal kau tahu Arifin bodoh! Jika kau mengganggu ku lagi, akan aku pastikan kau dan semua keluargamu akan kehilangan segalanya dan terusir serta tersisih dari dunia ini." Ancam Reyhan. Ia kemudian pergi meninggalkan ke empat orang ini.


Keesokan harinya.


Nita yang berada di ruang tamu kekasihnya ini sedang menunggu kekasihnya keluar dari kamar. Ia tahu dari temannya bahwa Arifin masuk rumah sakit karena sebuah insiden perkelahian. Hari ini ia langsung mengunjungi rumahnya serta membawa beberapa buah buahan.


"Maaf kau menunggu lama ya sayang.." Tegur Arifin yang berjalan ke arahnya. Luka memar dan lebam nampak di sekujur tubuhnya.


Nita yang melihat hal itu bersedih dan langsung meneteskan air mata. Ia sebenarnya ingin bertanya pada kekasihnya itu tentang siapa yang melukainya seperti ini. Namun Arifin tidak ingin mengatakan atau membicarakan hal ini. Matanya seperti menyembunyikan sesuatu hal kepadanya.


Dan sebagai wanita secara naluri ia tahu betul apa yang membuat kekasihnya ini babak belur. Ia tidak tahu secara detail dan logis, namun perasaan dan hatinya mengatakan hal itu.


*****


Reyhan baru bangun tidur dari malam yang panjang, ia lalu berjalan ke pintu depan rumahnya untuk membersihkan rumah serta halamannya. Namun baru saja membuka pintu ia melihat sebuah amplop surat yang berada dan tergeletak di depan pintunya. Kemudian diambilnya amplop itu dan dibukanya. Ia sedikit tersenyum saat membaca isi dari amplop tersebut.


Dua jam telah berlalu, dan ia sudah pergi ke suatu tempat setelah menerima amplop tersebut. Hingga ia berada di tempat itu, langkah kakinya seperti tahu dimana orang yang berada mengirimnya surat sekarang.
Dari jauh ia bisa melihat orang itu dengan jelas, ia berjalan ke arahnya langka demi langkah hingga sampai tiba di hadapannya.


"Aku harap kau ingin bertemu denganku bukan untuk mengatakan atau membicarakan hal bodoh dan tak berguna." Sapa Reyhan.


Namun seorang gadis berdiri dan menatapnya dengan sinis. Dari tatapan matanya saja sudah terlihat sebuah amarah yang maha dahsyat. Ia hanya mengatakan sedikit hal. "Apa yang kau lakukan pada Arifin dan untuk apa kau kembali lagi kesini!"


"Nampaknya setelah lama kita tidak bertemu dan berbicara. Kau telah mengalami kemajuan mental yang hebat." Ujar Reyhan.


"Terserah apa katamu! Yang jelas jangan kau ganggu aku, dan sahabatku juga kekasihku." Ucap Gadis ini setengah membentak.


"Kekeke... Nampaknya kau salah paham. Coba bersihkan matamu dan lihat baik baik." Ujarnya.


"Apa kau pikir dengan menghajar dan memukul, serta mengancam pacarku akan membuat diriku kembali padamu kak! Kau salah kalau begitu." Suara Gadis ini dengan penuh amarah.


"Kekeke.... Kurasa kau masih tetap menjadi Gadis Bodoh, walau sekarang kau jauh lebih pintar. Asal kau tahu... Bahwa kekasih bodohmu itu yang ingin menghajarku, namun seperti dia salah perhitungan." Jawabnya.


"Aku tidak peduli siapa yang salah! Yang aku inginkan kau jangan lagi mengganggu ku dan hadir di hidupku."


Reyhan berjalan mendekatinya dan hanya berjarak dua langkah. Ia menatap matanya kemudian tersenyum sambil mengatakan sesuatu dengan sangat jelas. "Kau salah Nit... Aku kembali lagi kesini bukan untukmu, aku hanya mengambil sisa kenangan yang tersisa dariku di Kota ini."


Nita ingin sekali marah saat ini, tapi ia harus berpikir jernih, ia tidak mau rasa amarah mengendalikan tubuhnya. Beberapa kali ia mengambil nafas untuk menenangkan dirinya.


Tapi saat itulah Reyhan berbalik arah melangkah pergi meninggalkan dirinya. Ia hanya mendengar sedikit kata darinya. "Bagiku kau tetaplah Gadis bodoh yang tidak tahu apapun."


Setelah itu ia melihat Reyhan berjalan semakin jauh, dan jauh hingga tidak terlihat lagi oleh kedua bola matanya. Sama seperti masa lalu saat dimana ia melihatnya berjalan pergi untuk terakhir kalinya waktu itu.


TBC....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar