Bab 20
Acara pernikahan akan segera berlangsung dan prosesi Ijab Qobul akan dimulai. Sang mempelai pria sudah duduk di sebuah bangku altar pernikahan, ditemani oleh beberapa teman dan kerabat yang akan menjadi saksi pada acara Ijab Qobul.
Sang mempelai pria terlihat sangat gagah dan berwibawa dengan pakaian yang ia kenakan. Ia memakai tuxedo berwarna putih silver, warna yang sama seperti mempelai wanita. Kegembiraan dan kebahagiaan jelas terlihat di wajah pria ini, raut muka yang bersinar seterang matahari sebagai salah satu bukti yang ada.
Dan akhirnya yang telah di tunggu datang juga. Sang mempelai wanita beserta rombongan pengantarnya, saat ini semua tamu yang hadir langsung berdiri dan menatap si mempelai wanita dan rombongan. Dengan gaun pernikahan yang berwarna senada dengan mempelai pria, memperlihatkan kedua pasangan ini akan menjadi pasangan yang berbahagia kelak kedepannya.
Saat ini mempelai wanita berjalan menuju meja dan bangku altar pernikahan, semua mata tamu dan hadirin berdecak kagum akan kecantikannya, Yunita Novianti terlihat sangat cantik dan mempesona, bagaikan putri dari kerajaan dongeng atau bidadari yang turun ke bumi.
Sudah tiba saatnya untuk melaksanakan prosesi upacara Ijab Qobul. Ia akan mengikat hati, tubuh dan jiwanya hanya untuk mencintai Arifin. Laki laki yang setelah ini akan menjadi suami serta ayah dari anak anak mereka. Namun di kecantikan gadis ini sedikit terlihat sebuah kesedihan yang nyata, kesedihan yang tidak disadari semua orang, baik itu dari pihak orang tua Nita, sahabat, teman ataupun keluarga.
Namun bagi Arifin yang sudah cukup lama mengenal dan berkawan dengannya, ia bisa tahu dan mengetahuinya hal ini.Mungkin Nita bisa tersenyum palsu dan menyembunyikan kesedihannya. Tapi Arifin bisa melihat dan merasakan hal ini, sebab rasa ini adalah insting seorang kekasih.
Kini Nita sudah duduk di samping Arifin, prosesi upacara Ijab Qobul siap dilaksanakan. Arifin menjabat tangan sang penghulu untuk mengikrarkan janji suci mereka.
"Apa semua sudah siap? Kalau begitu bisa langsung kita mulai." Ucap sang penghulu.
"Saya Nikahkan Anda dengan...."
"Berhenti!" Arifin berbicara dan melepas jabat tangan dengan penghulu.
Semua tamu dan hadirin langsung tertegun dan terdiam sesaat. Mereka tidak tahu apa yang ingin dilakukan oleh mempelai pria ini. Semuanya menjadi bingung serta tidak mengerti kenapa Arifin, si mempelai pria menghentikan proses Ijab Qobul yang akan dimulai.
"Apa yang kau lakukan Arifin?" Tanya salah satu temannya yang bertindak menjadi saksi pernikahan mereka.
"Aku tidak bisa menikah dengan Yunita..." Ucap Arifin yang membuat semua orang kaget dan terkejut. Semua orang langsung berdiri dan menoleh ke samping dan saling bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan Nita hanya menoleh ke arah Arifin dengan bingung dan heran.
"Apa... Apa yang terjadi." Suara sedikit gemuruh yang terdengar saat ini.
"Nak Arifin apa maksudmu dan apa yang kau lakukan?" Tanya Ayah Nita yang duduk di dekat Arifin, calon menantunya.
"Iya Arifin jangan buat kami malu!" Ujar Ayah Arifin dengan suara tegas, serta menatap anaknya dengan tajam.
Arifin berdiri dan menatap semua tamu yang hadir. Ia mengamati mereka satu per satu, seperti sedang meneliti atau memastikan sesuatu dengan matanya. Ia mengukuhkan hatinya dan mengucapkan sesuatu hal yang sangat berani.
Sedangkan sang penghulu pernikahan hanya terbengong dan bingung, sebab ini adalah pertama kalinya ia mengalami acara pernikahan yang aneh menurutnya.
"Saya mencintai dan menyayangi Yunita...Namun saya tidak ingin menikah dengannya." Sebuah perkataan yang lebih mengejutkan dan membuat semua tamu, keluarga dan siapapun yang hadir terkejut setengah mati.
Semua tamu kini memandang Arifin, namun Arifin tetap terlihat tegas dan kuat. Tak ada keraguan dan ketakutan dari setiap ucapannya tadi. Ia lalu mengulurkan tangan kepada kekasihnya, dan menariknya berdiri.
Sementara Yunita hanya menatap dan melihatnya dengan pandangan yang sama sekali tidak mengerti. Kedua matanya berkaca dan ingin menangis saat ini.
"Maaf Nita... Aku memang mencintai dirimu. Dan aku tahu di hatimu ada namaku, namun sekarang ada cinta yang lain di hatimu. Cinta yang telah lama ada disana sebelum aku datang." Jelas Arifin sambil menoleh ke arah Nita dan kemudian kembali menatap tamu tamunya.
"Apa yang kau lakukan Arifin?" Tanya Nita dengan mata yang berkaca kaca.
"Iya..Apa yang kau lakukan." Beberapa suara yang terdengar mendesak Arifin sambil mempertanyakan keputusannya.
"Nita.... Jangan bohong padaku. Kita berteman dan bersahabat, serta sudah lama menjadi kekasih. Aku tahu dengan baik dirimu, selama ini di dalam hatimu hanya ada satu cinta. Dan itu bukan untuk diriku, melainkan untuk orang itu..." Seru Arifin.
"Tidak Arifin...Selama ini aku mencintaimu.." Jawab Nita dengan meneteskan air mata.
"Tidak Nita...Kau Tidak bisa berbohong padaku. Kita masih punya waktu untuk ke bandara, apa kau tak ingin berjuang dan mendapatkan cintamu lagi." Ujar Arifin yang membuat gadis ini semakin menangis. Sedangkan keluarga dan tamu yang ada semakin bingung, mereka juga ikut terlarut dengan kejadian ini, mereka seperti sedang menonton film drama.
"Tap...iii"
"Ayo..." Sela Arifin yang menarik tangan Nita dan membawanya pergi.
Keduanya kemudian berlari keluar meninggalkan gedung pernikahan. Orang tua dari kedua pihak menatap mereka dengan bingung, sebab mereka tidak pernah membayangkan atau menyangka hal ini akan terjadi.
Kini mereka berdua telah sampai pelataran parkir, namun mereka lupa. Bahwa baik itu Nita dan Arifin tidak membawa kendaraan saat ini, kedua orang ini sedikit bertindak dengan ceroboh. Hingga samar samar terdengar sebuah suara yang memanggil nama mereka.
"Tunggu kami..." Suara yang berteriak kepadanya. Dan disana terlihat Merlin dan Bunga berlari mengejar kedua pasangan ini.
"Mana kunci mobilmu?" Tanya Arifin dengan tergesa gesa.
"Sebentar...Hahh...hhh..hhh.." Jawabnya dengan nafas yang terengah engah.
"Cepat...Atau nanti kita terlambat." Tegas Arifin. Sementara perasaan Nita saat ini bergejolak tak menentu, ia seperti sedang terombang ambing di tengah lautan yang tak bertepi.
"Ini..." Jawab Merlin masih dengan nafas yang terengah engah menyerahkan kunci mobilnya.
Akhirnya keempat orang ini pergi meninggalkan tempat itu dan menuju bandara. Arifin yang mengemudi, Nita duduk di sebelahnya, sedangkan Bunga dan Merlin duduk di bangku belakang.
Tak seperti yang terjadi di film atau acara televisi. Apabila kita mengejar sesuatu hal pasti jalanan akan sangat ramai, padat, dan macet. Namun kali ini jalanan terlihat seperti biasa, ramai namun tidak macet.
Arifin memacu lebih cepat mobil Merlin agar mereka bisa segera sampai di bandara, namun harus beberapa kali mereka berhenti karena mendapati lampu merah menyala. Dan beberapa kali juga mobil mereka hampir menabrak pengendara lain.
Hingga hampir satu jam mereka tiba di bandara. Keempat orang ini turun dari mobil, dan kemudian akan berlari masuk ke dalam bandara. Namun tidak dengan Arifin, ia hanya terdiam di pintu masuk bandara. Saat inilah Nita berbalik arah dan memeluk Arifin dengan sangat erat. Ia tidak tahu apa yang harus di katakan sekarang, Arifin adalah pria yang benar benar baik, pria yang ikhlas melepaskan gadis yang dicintainya.
"Sudah...Cepat sebelum pesawatnya berangkat." Ujar Arifin yang melepas pelukan mantan kekasihnya. Sebenarnya ia tidak ingin melepas pelukan ini, namun saat ini adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan untuk kebahagiaan Nita, gadis yang disukainya.
Selepas itu Nita langsung berlari masuk ke dalam bandara, di ikuti juga oleh Bunga dan Merlin. Ketiga gadis ini berlari sepanjang ruangan di bandara, dan hal inilah yang memicu orang orang di dalam bandara melihat dan menatap mereka dengan tatapan aneh dan heran. Tentu saja semua orang menatapnya dengan aneh, sebab tiga orang gadis di dalam bandara dengan mengenakan pakaian untuk acara pernikahan, sedangkan yang satu memakai gaun pengantin.
Ada juga beberapa orang yang memotret dan mengambil gambar ketiga gadis ini ketika berlari.
Namun Nita dan kedua sahabatnya sudah tidak memperdulikan hal ini, prioritas mereka saat ini adalah menemui Reyhan dan mencegah kepergiannya.
Tapi nampaknya ketiga gadis ini sudah mengakibatkan sedikit keributan di bandara, hingga ada beberapa orang petugas bandara yang menghadap dan menghentikan mereka.
"Maaf pak tapi saya terburu buru...hhh hahh..hhhh." Ucap Nita dengan nafas yang terengah engah, ia mencoba mengatur alur nafasnya.
"Maaf Nona...Tapi anda sudah membuat keributan dan menganggu kenyamanan orang lain yang ada di sini." Sahut salah satu petugas.
"Iya Pak....Tolong ini demi masa depan teman saya..." Ucap Bunga yang baru tiba di belakang Nita dan di ikuti oleh Merlin. Kedua gadis ini sedang mengatur nafasnya terengah engah seperti habis lari Marathon.
"Tapi Maaf Nona nona semua...Kalian sudah membuat orang lain tak nyaman." Ujar petugas bandara yang lain.
"Tapi pak..." Ucap Nita yang sedikit memaksa. Memang benar di sadar bahwa semua orang di dalam bandara sedang mengamati dirinya dan kedua sahabatnya. Tapi sekarang ia sudah tidak peduli lagi akan hal ini.
"Kau sudah terlambat..." Sebuah suara dari arah berlawanan.
"Anna...Kau?" Ucap Nita dengan kaget. Sementara Bunga dan Merlin hanya menatap bingung gadis yang menghampiri sahabatnya.
"Pesawat yang Reyhan tumpangi sudah berangkat dan pergi setengah jam yang lalu..." Tambah Anna. Yang ternyata mengantar kepergian Reyhan, akan tetapi saat hendak pulang ia melihat sebuah kerumunan orang yang melihat tiga orang gadis berlari dan ia mengenali salah satu gadis itu. Ia lalu memustuskan untuk mengikuti dan menghampiri ketiganya.
"Jadi sia sia donk kita kesini dan berlari marathon.." Gerutu Merlin dengan cemberut kesal. Namun kemudian Bunga menyikut perut Merlin setelah mendengar ucapannya yang frontal.
Saat ini Nita terdiam,air matanya menetes membasahi pipinya. Wajah cantiknya kembali di selimuti dan di naungi awan mendung, kebahagiaan seperti pergi dan menyingkir darinya. Dan sekali lagi ia tidak bisa mengatakan sesuatu hal yang bisa mencegah kepergian Reyhan. Sekali lagi ia harus merelakan Reyhan pergi tanpa harapan untuk kembali.
"Ini untukmu..." Seru Anna memberikan sesuatu pada Nita. Setelahnya sebelumnya ia mengambil benda itu dari dalam tasnya.
"Apa ini?" Tanya Nita yang bingung karena menerima amplop kecil dari Anna.
"Itu dari Reyhan sebelum ia pergi. Ia menitipkan itu padaku untuk di berikan padamu, dan karena hari ini kita bertemu, maka langsung aku kasih surat amplop itu padamu." Balas Anna. Ia kemudian berpamitan dan berlalu pergi meninggalkan ketiga gadis ini yang masih terlihat seperti orang bodoh.
Nita membuka amplop itu, ternyata berisi sebuah kertas surat, ia lalu membaca isi surat tersebut.
"Dear Yunita Novianti.
Jika kau telah membaca surat dariku berarti aku sudah pergi. Maaf karena aku telah hadir dan mengusik hidup bahagiamu, dan maaf untuk semua hal yang kulakukan di masa lalu. Dan oh iya sampaikan maafku untuk Bunga dan Merlin juga, mungkin aku juga sedikit berdosa pada mereka. Dan seperti janjiku padamu, dan yang pernah aku katakan. Bahwa aku hanya datang untuk mengambil kenangan yang tersisa dari kota ini dan kenangan tentang dirimu.
Dan kudengar kau akan menikah, semoga pernikahanmu berjalan lancar dan langgeng. Jadilah istri dan ibu yang baik di kemudian hari, lalu ciptakan dan warnai duniamu sendiri dengan Cinta.
Dari Cinta yang ada di masa lalu."
Reyhan
Setelah itu Nita terduduk dan menangis, kedua tangan menutupi wajahnya, namun suara pilu dan kesedihan terdengar jelas dalam tangisannya. Sedangkan Bunga dan Merlin menenangkan sahabatnya dan memeluknya.
*****
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar