Bab 17
Musim telah berganti, udara yang panas berubah menjadi sejuk. Hawa tenang menaungi keindahan langit sore, hingga terlihat keindahan akan keagungan Tuhan. Tak ada yang berubah setelah kejadian itu, Nita terlihat sudah seperti dulu kala, ceria dan bahagia. Kecantikan dan keindahan yang sempat memudar kini telah nampak dan bersinar kembali. Hingga senyuman manis di bibirnya menggambarkan begitu senang dan bahagia hatinya saat ini.
Kini kebencian dan kemarahan terhadap Reyhan sudah hilang, dan muncul kembali rasa cinta yang sempat hilang di telan kecemburuan yang tak beralasan. Namun sekali lagi dirinya dihadapkan pada dilema diantara takdir yang bergema pada kedua lelaki yang ada di hatinya, antara Reyhan atau Arifin.
Nita masih terduduk di tempat tidurnya, perasaan bahagia sedang menyelimuti dirinya. Namun ia juga merasa bersalah pada Arifin, ia tidak tahu yang mana akan dipilihnya. Cinta di masa lalu atau cinta yang sekarang.
Namun setelah kejadian itu, Nita sama sekali tak pernah melihat atau mendengar kabar dari Reyhan.
Rumah Reyhan yang terletak beberapa meter dari rumahnya juga sudah seminggu kosong, sepi dan seperti tidak berpenghuni. Nita berpikir dimana Reyhan sekarang, dan mengapa ia menghilang, semua pertanyaan itu terus berkutat di kepalanya. Hingga ia tak tersadar ada yang datang dan memasuki kamarnya.
"Hayo melamun apa?" Teriak Tara yang mengagetkan kakaknya.
"Apaan sih kamu dek! Gak lucu tahu." Balas Nita yang tidak tahu kapan adiknya sudah berada di kamarnya.
"Hahaha.... Itu kak, aku disuruh ibu untuk kakak segera ganti baju. Arifin dan orang tuanya datang kemari." Ucap Tara memberitahu kakaknya ini.
"Apa?...Arifin..? Dan orang tuanya. Untuk apa?" Tanya Nita yang lebih terkejut ketika mendengar perkataan adiknya ini.
"Entahlah... Mungkin melamar kakak." Jawab Tara sambil mengejek kakaknya.
Semua lamunan indah Nita langsung sirna seketika. Ia masih belum sempat memikirkan tentang Arifin, laki laki yang selalu mencintainya dan selalu ada ketika dirinya sedang terpuruk.
Tak berselang lama Nita keluar dan turun dari kamarnya, di anak tangga ia melihat kekasihnya duduk bersebelahan bersama kedua orangtuanya, dan orang tua Nita. Arifin menatap Nita dengan sangat dalam saat ini.
Sesaat kemudian setelah sampai di ruang tamu, Nita langsung menyalami kedua orang tua Arifin.
"Jadi semua sudah lengkap ya? Bagaimana kalau segera kita mulai saja." Ucap seorang laki laki yang sudah tua dan berambut rapi, yang merupakan ayah Arifin.
"Iya pak..." Jawab ayah Nita disertai senyuman dari ibunya.
"Jadi Dek Nita.... Apakah dek Nita mau menjadi Istri dari putra saya." Tanya ibu Arifin. Wanita yang sudah cukup tua tapi dengan tampilan glamour.
Saat ini Nita tidak bisa menjawab, ia tidak tahu mana yang harus dipilih olehnya. Ia tidak ingin merusak cinta dan harapan Arifin demi sebuah kisah di masa lalu. Namun ia juga belum bisa menjawab, namun secara reflek kepalanya bergerak seperti mengangguk sebagai tanda setuju.
"Alhamdulillah..." Ucap semuanya ketika melihat anggukan kepala Nita yang pelan. Tak terkecuali juga Arifin, ia sangat senang dan bahagia, sebab kekasihnya mau menerima lamaran darinya. Ia langsung memegang tangan halus kekasihnya ini.
"Jadi sekarang kita tinggal membicarakan tanggal pernikahan dan mas kawinnya..." Ucap ayah Arifin.
"Ya betul..." Jawab Ridwan, ayah Nita. Mereka yang ada dirumah ruangan ini langsung berbicara dan bercanda sambil mengatur jadwal pernikahan putra putri mereka, sesekali mereka minum dan memakan makanan yang sudah disediakan.
Namun hati gadis ini sedang gelisah, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan sekarang dan yang akan terjadi berikutnya. Ia berpura pura bahagia dan memberi senyum palsu kepada semua orang saat ini.
*****
Di Tempat Lain.
Seseorang duduk termenung di halaman depan rumah seseorang, ia bertamu dan ingin membicarakan sesuatu yang penting saat ini. Sudah hampir lima menit ia menunggu, namun tuan rumah yang di tunggu olehnya tak muncul juga. Ia sempat berdiri dan akan pergi, hingga sebuah teriakan terdengar oleh telinganya..
"Reyhan..." Suara yang memanggilnya.
"Kau lama sekali...." Gerutu Reyhan dengan tersenyum.
"Maaf... Maaf.. Hehehe." Sambut Anna yang sekarang sudah ada di hadapannya.
"Boleh aku duduk kembali..." Ucap Reyhan.
"Oh iya maaf... Silahkan duduk." Seru Anna sambil mempersilahkan tamunya untuk kembali duduk.
"Anna.... Apa yang kau lakukan!" Ujar Reyhan. Namun matanya menatap tajam ke arah Anna dan nada bicaranya sudah berubah.
"Maksudmu?" Jawab Anna bingung sambil menggaruk kepala.
"Mengapa kau menceritakan semua hal itu kepada Nita..." Seru Reyhan.
Anna kemudian mengambil nafas dan memejamkan matanya, ia seperti sedang menyiapkan diri untuk berkonsentrasi penuh. Kemudian gadis berambut pendek ini membuka mata, dan membuka suara. "Karena aku sudah tidak sanggup lagi berbohong."
"Berbohong?"
"Iya... Bertingkah seolah tidak tahu apa apa. Dan bertingkah bahwa kau baik baik saja dan tidak terluka." Sahut Anna yang seketika matanya berkaca dan menangis.
"Kau memang sahabat yang baik Anna, aku beruntung bisa hidup dan bersahabat denganmu...Tapi maaf semua harus sudah selesai." Ucap Reyhan sambil menenangkan sahabatnya.
"Maksudmu?" Tanya Anna dengan bingung.
Reyhan lalu menceritakan sesuatu hal kepada sahabatnya ini, dan ketika mendengarkan penjelasan dari Reyhan. Membuat gadis tomboy berparas cantik ini bersedih. Ia lalu menatap sahabatnya dan memeluknya.
Sementara Reyhan hanya terdiam ketika di peluk oleh sahabatnya yang sedang menangis ini.
****
Dua Hari Kemudian.
Setelah Arifin dan keluarganya datang ke rumahnya. Nita merasa bersalah dan dilema, ia harus berpikir jernih dan bersikap tenang, ia pun menghubungi Reyhan dan ingin bertemu dengannya. Sebab Reyhan belakangan ini sudah jarang ada dirumah dan tidak pernah terlihat lagi olehnya, hal ini membuat gadis cantik yang selalu ceria ini menjadi penasaran. Entah apa yang ada di dalam pikiran dan hatinya saat ini, yang jelas dirinya ingin bertemu dan berbicara dengan Reyhan.
Seperti masa lalu, Nita duduk termenung di bangku taman mengunggu kedatangan Reyhan. Ini adalah tempat kesukaan dia dan Reyhan ketika mereka masih bersama, seperti yang terjadi di masa lalu, saat keduanya sering menghabiskan waktu bersama. Nita mengingat kembali dan memutar semua kenangan itu di otaknya, ia merasa sangat bahagia dan waktu itu, dan andai saja ia tidak terlalu bodoh, maka semua hal yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini tak pernah terjadi.
"Hei... Ada apa?" Tegur Reyhan.
Nita hanya menatapnya tanpa bersuara, namun matanya memberi isyarat dan seperti ingin menangis. "Kak..."
"Ada apa?" Tanya Reyhan. Akan tetapi ia seperti tahu kondisi yang sedang dialami gadis ini.
"Kau kemana saja belakangan ini dan mengapa kau tidak pernah pulang ke rumahmu?" Tanya Nita.
"Aku ada urusan dan itu bukan urusanmu." Jawab Reyhan dingin. Sambil sesekali matanya menatap wajah Nita.
"Apa kau tidak pernah menghargai aku dan perasaanku? Apa kau tidak mengerti apa yang aku rasakan!" Ucap Nita dengan nada tinggi disertai beberapa tetesan air mata.
"Jika kau ingin bertemu denganku dan hanya ingin mengatakan hal bodoh, maka lebih baik aku akan pergi saja." Jelas Reyhan yang bersiap melangkah pergi.
"Mmm... Hiks...hiks.. Kemarin Arifin dan orang tuanya datang melamar ku kak..." Ucap Nita dengan sedikit menurunkan nada suaranya.
"Bagus...Bukankah itu adalah hal yang kau harapkan selama ini." Balas Reyhan yang kemudian pergi meninggalkan Nita sendiri. Ia pergi tanpa mendengar kata kata dan penjelasan dari gadis yang di sukainya.
Sementara Nita hanya terduduk dan terdiam di bangku. Ia menangis dan merenungi nasibnya. Seharusnya dirinya bahagia saat ini, karena Arifin telah melamarnya beberapa hari yang lalu. Namun Reyhan telah datang kembali ke kehidupannya dan mengacaukan takdir bersama Arifin.
Hingga ia merasa bahwa dirinya terjebak pada dua Takdir.
*****
Malam semakin larut, namun gadis ini masih belum bisa tertidur, meski ia telah berusaha untuk tertidur dan meski matanya telah terpejam, namun pikiran masih aktif memikirkan dua laki laki yang kini ada di hidupnya.
Ia merasa seperti telah melakukan kejahatan yang kejam dan hina, namun ia juga sadar bahwa dirinya di hadapkan pada dilema, dan harus memilih salah satu serta harus mematahkan salah satu hati laki laki lainnya.
Ia berpikir bahwa seandainya saja dirinya lebih percaya pada Reyhan di masa lalu, dan seandainya Reyhan tidak datang di masa depan semua hal sulit ini pasti tidak akan terjadi.
"Tok...Tok.." Nita mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dan setelah itu masuklah wanita yang sangat di sayangi ke dalam kamarnya.
"Kau belum tidur sayang?" Ucap Ayu yang bertanya pada putrinya.
"Belum Mah...Belum ngantuk." Jawab Nita berbohong.
"Ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Ibunya.
Nita terdiam. Ibunya ini seperti tahu apa yang sedang di alami dan dirasakan oleh putrinya. Dan Nita juga merasa bahwa ia lebih dekat kepada ibunya daripada ayahnya, entah karena itu faktor keduanya sama sama wanita, atau faktor lain.
"Ceritakan pada ibumu ini dan jangan kau tanggung sendirian." Ujar Ayu yang duduk di ranjang anaknya.
Nita langsung bangun dari posisi berbaring dan duduk tepat di sebelah ibunya. Ia lantas memeluk wanita yang sangat ia sayangi di dunia ini.
Baru kemudian ia bercerita tentang Arifin dan Cinta yang kembali ada dan hadir untuk Reyhan.
Saat itu ibu dua anak ini tahu, bahwa putrinya sedang di hadapan pada dilema yang besar. Naluri dan perasaan ibu terhadap anaknya memang kuat dan akurat. Ia langsung membelai rambut anaknya sembari tersenyum padanya.
"Sholat dan berdoa lah pada Tuhan. Sholat lah Tahajud dan Istiharah, serta mohonlah petunjuk pada NYA. Insyaallah pasti kau akan mendapatkan jawaban dan jalan keluar dari permasalahanmu." Ujar Ayu yang memberi nasehat kepada putrinya. Kemudian ia berjalan keluar dari kamar putrinya dan mengucapkan selamat tidur pada padanya.
*****
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar