Bab 5
Hari ini adalah hari yang menyenangkan baginya, karena siang tadi ia telah pergi jalan jalan bersama sahabatnya. Baginya ini adalah cara terbaik untuk mengisi rasa kesepian yang ada di hatinya saat ini.
Bagaimana pun juga saat ini adalah saat hubungan percintaan dirinya dengan kekasihnya di uji. Ia tahu dan percaya bahwa Tama juga sedang menjaga hatinya seperti dirinya saat ini.
Dan dengan berbaring di tempat tidurnya yang empuk saat ini. Ia menatap langit langit kamarnya dan menerawang jauh entah kemana. Tubuhnya masih terbaring di atas tempat tidur akan tetapi pikirannya sudah pergi entah kemana.
Ia mencoba kembali mengingat semua hal yang terjadi seharian ini. Mulai dari dia bersantai dengan Merlin di taman kota dan sampai dia dan sahabatnya itu bertemu dengan Reyhan, tetangga salah satu sahabatnya.
Ingatan kembali dan terhenti ketika ia bertemu dengan Reyhan. Ia merasakan sesuatu yang aneh terhadap laki laki itu. Sesuatu yang membuat dirinya penasaran. Dia juga merasa bahwa kedatangan Reyhan ke tempat itu bukanlah suatu kebetulan.
Semua pertanyaan pertanyaan yang timbul di benaknya ini membuat matanya terpejam dan terlelap tidur seketika. Apalagi tubuh lelah akibat seharian berpetualang membuatnya semakin cepat memasuki alam mimpi.
*****
Rumah Nita.
Saat ini dirinya sedang duduk santai di ruang tamu. Sedang menonton televisi bersama keluarganya dan sesekali tangannya bergerak untuk membalas beberapa pesan masuk di ponselnya.
"Bagaimana hubunganmu dengan Arifin?" Tanya ibunya yang memasuki ruang tamu sambil membawa segelas teh hangat. Ia kemudian memberikan teh tersebut ke suaminya. Yang kebetulan saat itu juga sedang berada dan duduk di ruang tamu.
"Kami baik baik saja kok Mah..." Jawab Nita yang tetap menatap layar televisi.
"Lalu kapan dia datang kesini untuk meresmikan hubungan denganmu?" Sahut ayahnya sambil mencicipi teh.
"Aku tidak tahu.... emm aku belum bertanya tentang hal itu.." Jelas Nita yang tetap menatap layar televisi. Ia tidak berani melihat wajah ayah dan ibunya saat ini. Ketegangan jelas terlihat dari raut wajahnya.
"Kau dan Arifin sudah berpacaran cukup lama, dari kalian kuliah. Setidaknya kau harusnya sudah menikah. Mau berapa lama lagi kau berpacaran terus dengannya...?" Suara halus wanita setengah baya yang memberi nasehat kepada anak gadisnya.
"Iya nanti akan aku bicarakan dengan Arifin." Jawab Nita.
Ia kemudian pergi dari ruangan ini untuk pergi ke kamarnya. Namun saat sedang ada di anak tangga ia mendengar kata kata dari ayahnya. "Bukankah lebih cepat kalian menikah itu lebih baik."
Setelah itu dirinya melanjutkan langkah kaki ke kamarnya, ia tidak mau terus di tanyai tentang masa depan hubungannya dengan Arifin.
Nita duduk di tepi ranjang. Ia termenung sesaat, lalu ia mencoba membuka tirai gorden jendela kamarnya. Ia ingin menatap langit malam ini agar kegelisahan hatinya bisa hilang.
Tapi matanya tak tertuju pada langit malam saat ini. Matanya melihat ke arah rumah di sebelahnya. Disana ia sedang melihat tetangga barunya itu sedang duduk di teras rumah, ditemani secangkir kopi. Dia melihat laki laki itu menikmati malam yang dingin seorang diri.
*****
Seorang laki laki duduk di bangku kursi di teras rumahnya. Ia duduk termenung menikmati dinginnya udara malam saat ini, hanya ditemani secangkir kopi hitam. Ia kembali merenungkan tempat tinggal barunya.
Namun ia tersadar bahwa ada yang sedang mengamati dirinya saat ini. Ia pun berpura pura tidak tahu akan hal itu, namun sesekali ia menengok kanan kiri untuk memastikan hal tersebut.
*****
02.00
Malam semakin larut. Udara semakin dingin, bahkan hawa dingin malam ini luar biasa. Semua orang saat ini sedang tertidur lelap dengan mimpinya masing masing.
Tak terkecuali dengan Bunga, gadis cantik berambut hitam dan panjang ini sedang menikmati mimpi indahnya, entah apa yang dia impikan saat ini, namun senyuman jelas tergambar dari wajahnya.
Tiba tiba ia bangkit dari tempat tidurnya. Ia sekarang berada pada posisi duduk di atas tempat tidur. Matanya melotot, nafasnya terengah engah, dan jantungnya berdetak dengan sangat kencang.
Rasanya ia sedang bermimpi buruk, namun bukan hal itu yang terjadi. Ia teringat akan suatu hal. Dirinya teringat akan salah satu temannya yang bisa mengatasi rasa penasaran dirinya beberapa waktu ini.
Ia pun mengambil ponsel yang terletak di meja samping tempat tidurnya dan mencoba beberapa kali menelpon.
Beberapa kali ia mencoba menelpon seseorang, namun tak ada tanggapan. Hanya terdengar suara nada panggilan.
Bunga lalu melihat waktu jam di ponselnya, ia tersenyum sendiri seperti orang gila. Ia tersadar sekarang masih dini hari dan tentu saja orang itu sedang tertidur lelap. Lantas ia mengetik pesan dan mengirim kepada orang tersebut. Bunga berharap dia akan membaca dan membalas pesan darinya.
*****
Sore yang indah, dengan angin yang selalu berhembus namun tidak terlalu kencang. Apalagi sinar matahari terlihat sangat indah saat ini, ditambah dengan cahaya hangat di sore ini.
Nisa dan kekasihnya sedang berbelanja beberapa keperluan pernikahan mereka di Mall. Ia dan kekasihnya ini akan melangsungkan pernikahan dalam beberapa minggu yang akan datang. Namun ada beberapa hal yang kurang mereka beli sebagai persiapan acara pernikahan. Keduanya pun berbelanja di Mall ternama di Kota ini, Paragon Mall.
"Eh sayang tunggu...." Ucap Nisa yang mendadak menarik tangan calon suaminya itu.
"Ada apa toh sayang?" Jawab indra.
Indra Maulana Rizki. Lelaki yang lumayan tampan dan tinggi. Dia adalah kekasih Annisa Putri Choirun atau biasa di panggil Nisa. Gadis cantik yang memakai jilbab, yang membuat dirinya terlihat anggun dan berwibawa.
Ia dan kekasihnya memang sudah lama bertunangan dan akhirnya dalam beberapa minggu lagi keduanya akan resmi menjadi sepasang suami istri.
"Lihat itu..." Jawab Nisa yang seraya menunjukkan sesuatu.
Indra pun melihat arah yang di tunjuk kekasihnya ini, ia hanya melihat seorang laki laki biasa yang berjalan ke arah mereka. Ia pun lantas bertanya pada kekasihnya."Dia kenapa?"
"Ayo kita datangi dia.." Seru Nisa.
Kedua pasangan ini pun mendatangi laki laki tersebut.
Sementara laki laki ini hanya menatap kedua pasangan ini dengan tajam tanpa tahu maksud mereka mendatangi dirinya.
"Halo Reyhan.... Ini aku Nisa sahabat Nita tetangga kamu." Ujarnya yang kini ada di depannya serta menyapa.
"Dan aku pacarnya, Indra." Tambah laki laki yang berdiri di samping Nisa. Sambil mengajaknya bersalaman.
"Iya... Lalu apa?" Tanya Reyhan dengan menyalami Indra.
Nisa pun mengambil sesuatu dari tas yang ia bawa dan memberikan sesuatu pada Reyhan. "Kalau bisa datang ya...?" Ujarnya.
Sementara Reyhan hanya menerima undangan pernikahan itu dan membacanya. Ia menghela nafas lalu menunjukkan senyumnya yang menawan sambil berkata. "Baiklah aku akan datang."
Nisa dan Indra memang tidak mengenal Reyhan. Bahkan gadis ini saja tahu nama laki laki ini dari sahabatnya, namum ia berpikir bahwa tidak ada salahnya kalau ia ingin menambah teman dengan berteman dengannya. Dan calon suaminya pun pasti senang jika mereka berdua mendapat teman baru. Ia juga tahu bahwa kekasihnya ini pasti berpikir hal yang sama dengannya.
*****
Bunga yang sore ini sedang membereskan meja kerjanya tampak sibuk tak seperti biasanya. Ia nampak sedang tergesa gesa seperti ada sesuatu yang harus dia selesaikan. Dan tak berselang lama semua itu selesai, dirinya langsung bergegas pulang dan pergi ke suatu tempat.
Tak perlu waktu lama dari tempat kerjanya ke kafe tersebut. Ia pun memarkir sepeda motornya dan berjalan memasuki kafe tersebut.
Memang siang tadi ketika jam istirahat makan siang ia menerima sebuah pesan masuk di ponselnya. Pesan balasan yang dia kirim dinihari tadi.
Ia melihat kanan kiri sambil memastikan sesuatu setelah memasuki kafe tersebut. Tempatnya cukup luas dan ramai membuatnya bingung. Ia tidak akan tahu orang itu, sampai ia melihat ada seseorang yang melambaikan tangan kepadanya. Ia pun tersenyum dan berjalan ke arahnya.
"Lama tak berjumpa?" Ucap Bunga yang sudah ada di hadapan seorang laki laki.
"Iya lama sekali tidak berjumpa.." Ungkap lelaki ini dengan tersenyum.
Keduanya pun bersalaman. Kemudian laki laki ini mempersilahkan Bunga untuk duduk."Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik baik saja kok... Lalu kau sendiri?" Jawab Bunga disertai tanya balik.
"Kalau aku ya begini begini saja..." Jelasnya.
"Ada apa kau ingin bertemu denganku?" Tambahnya.
"Hmmmm Aku ada suatu hal dan aku ingin meminta bantuan darimu Revan?" Seru Bunga.
"Bantuan??? Apa ini tentang Tama...?" Tanyanya.
"Bukan... Ini bukan tentang dia." Kata Bunga.
Bunga kemudian menjelaskan semua hal, ia meminta bantuan temannya itu untuk menyelidiki seseorang. Bukan tanpa alasan ia meminta tolong padanya. Ia tahu bahwa Revan sangat jago dalam mencari informasi seseorang, semua itu diketahuinya ketika mereka berdua masih duduk di bangku kuliah.
Revan Hardianto, seorang laki laki dengan tubuh lumayan tinggi dan besar. Ia adalah teman Bunga waktu mereka kuliah.
Dan dia bukan orang yang berwajah jelek, wajahnya lumayan tampan walau berkulit sedikit gelap. Dengan tinggi badannya ia banyak membuat dirinya diminati beberapa gadis kampus pada waktu itu.
Dia dan Bunga juga sempat dekat dan bahkan hampir pacaran pada waktu itu. Namun tentu saja semua itu terjadi sebelum Adi Putra Pratama atau Tama datang ke kehidupan Bunga.
Dan seiring berjalannya waktu Bunga lebih condong ke Tama dan berpacaran dengannya hingga sekarang.
"Jadi itu masalahmu?" Tanya Revan.
"Iya" Jawab Bunga pelan sambil mengangguk.
"Okay aku akan membantumu..." Ujar tama.
Mendengar jawaban dari teman lamanya ini membuat matanya berbinar, ia sungguh berterimakasih padanya. Dan keduanya pun menikmati sore itu di kafe sambil bercanda, dan bernostalgia masa kuliah mereka.
TBC....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar