Bab 12
Aku terbangun...
Kulihat sinar mentari menyinari bumi
Menampakkan keindahan yang sejati
Sebagai bukti nyata dari sang Pencipta
Ku kira diri ini berhalusinasi
Atau mungkin sedang bermimpi
Karena ku lihat gadis berparas cantik
Cantik dan indah bagaikan bidadari
Entah apapun ini
Atau apa yang telah terjadi saat ini
Ku nikmati saja waktu yang berharga
Dengan memandangi kecantikan bidadari
Andai ini memang benar terjadi?
Dan ini bukanlah sebuah mimpi
Aku yang sedang berada di nirwana
Dan mengagumi keindahan bidadari surga
Maka sungguh bahagia aku
Hidup kekal abadi bersama bidadari
Melewati waktu yang indah setiap hari
Dengan selalu bersama Yunita Novianti
*****
Yunita Novianti
Tugas kuliah memang tidak akan pernah ada habisnya, sampai kita lulus dan menjadi sarjana. Dan setiap hari tugas tugas itu selalu bertambah, tanpa kita tahu betapa banyak waktu yang di buang untuk menyelesaikan tugas ini. Seperti hari hari biasanya aku menghabiskan waktu ku dengan pergi ke taman kampus, namun saat itu aku tahu beberapa bangku di taman telah penuh terisi oleh mahasiswa fakultas lain.
Dan bagi mahasiswi semester baru seperti ku, harus siap mencari tempat duduk yang lain di taman ini. Hingga seketika itu aku bisa melihat ada sebuah bangku taman yang kosong dan sepi, tepat berada di bawah pohon yang besar. Tentu saja hal ini sangat menyenangkan.
Aku pun berlari kecil kesana kemudian langsung duduk dan menjernihkan kepala ku dari beberapa tugas kuliah yang menumpuk. Tak cukup waktu aku menikmati udara yang sejuk dengan suasana yang tenang dan nyaman hingga tiba tiba aku mendengar seseorang orang yang berkata kasar kepadaku.
Saat itu dia menatapku tajam, benar benar sesuatu yang sangat menakutkan. Meski saat itu aku dalam sekejap sempat terpesona oleh ketampanan wajahnya, akan tetapi hal itu tak berlangsung lama. Ia kembali berkata kasar padaku dengan nada yang sedikit tinggi.
"Apa kau tidak mendengar kata kataku!" Ucapnya saat itu.
Saat itulah aku hanya dapat menundukkan kepala dan meminta maaf padanya, aku tahu siapa orang yang berdiri dan berkata kasar di hadapan ku ini. Meskipun aku masih mahasiswi baru, namun aku tahu siapa dia. Namanya sering disebut oleh teman temanku dan beberapa Dosen yang mengajar di kelasku.
Namanya adalah Reyhan. Dia adalah mahasiswa semester tiga, ia terkenal dan menjadi bahan pembicaraan anak anak kampus karena kepintaran dan kejeniusan otaknya, dan ditambah dengan parasnya yang tampan. Namun diantara semua itu juga terselip sesuatu hal yang menakutkan pada dirinya, yaitu tentang ucapan yang selalu kasar serta tidak pernah menghormati orang lain.
Setelah itu aku berlari kecil dan pergi meninggalkannya, dalam hatiku terdalam saat itu aku berdoa agar tidak bertemu lagi dengan laki laki seperti itu. Setelah berlari akhirnya sampai aku juga di kelasku, aku langsung duduk di bangku ku saat itu, aku yakin teman di kelasku menatap heran dengan tingkahku saat ini, semua itu terlihat dari sorot mata mereka semua.
"Ada apa denganmu?" Tegur temanku yang melihat tingkah aneh dariku.
"Tidak apa apa kok..." Jawabku dengan berusaha setenang mungkin.
"Dia itu habis ketemu bintang kampus kita..Hahaha" Teriak salah satu temanku, Andien. Teman yang cukup akrab dan baik menurutku.
"Maksud kamu apa sih?" Tanya Risti yang bingung dengan ucapan temannya itu.
"Biar aku jelaskan..." Ujar seorang pria yang tiba tiba datang. Pria yang tinggi dan lumayan pintar di kelas kami.
"Cepat... Jangan buat aku mati penasaran nih!!" Seru Risti. Risti adalah gadis yang baik dan cantik. Tapi ada beberapa saat ketika mulutnya menjadi sangat tajam seperti pisau dapur.
"Dia tuh habis bertegur sapa dengan Reyhan. Cowok tampan yang juga licik itu." Sahut Andien sesaat sebelum Arifin menjelaskan sesuatu.
Saat itu semua orang yang ada di kelas menatapku dengan heran, mereka memandangi ku dengan tatapan sedih. Sementara aku saat ini hanya mampu menahan air mataku agar tidak tumpah.
Namun sesaat kemudian Arifin menenangkan dan menyejukkan hatiku kembali. Dia benar benar pria yang bisa menghibur wanita.
****
Lelah rasanya berjam jam berdiri dan menunggu angkutan umum datang. Sudah hampir gelap dan aku masih berdiri di depan pintu keluar kampus. Hari ini adalah hari yang paling sial menurut ku, tadi pagi sepeda motor ku rusak, siang tadi ketemu kakak tingkat yang menakutkan dan sore ini telat untuk pulang.
"This bad day..." Gerutu ku kesal.
Namun nampaknya semua itu belum berakhir. Tiba tiba ada seseorang yang mengendarai motor berhenti di depanku. sebuah motor yang mewah dan mahal. Tapi siapa orang ini aku tidaklah tahu, wajahnya tertutup oleh helm yang dipakainya, serta pakaiannya serba warna hitam. Saat itu aku hampir lari, namun orang itu memanggil ku. Seperti suara yang pernah aku dengar sebelumnya.
"Apa yang kau lakukan disini gadis bodoh?" Kata kata darinya saat menyapa ku.
"Aku menunggu angkot kak.." Ucapku dengan suara halus dan berucap sesopan mungkin.
"Hahaha... Orang bodoh macam apa yang menunggu angkot di jam sekarang." Tawanya di sela ucapan mengejek ku.
Saat itu aku memang marah dan ingin pergi dari hadapannya. Akan tetapi semua yang di ucapkan olehnya memang benar. Tidak mungkin di jam seperti ini ada angkot yang lewat.
Dia pun memberikan tawaran untuk mengantar ku pulang, namun dengan halus aku menolak tawaran itu. Meskipun aku tahu siapa dia, namun aku tidak tahu tentang sifatnya, lagi pula saat ini dia lah yang menjadi lebih menakutkan bagiku daripada setan atau hal lain.
Tapi sekali lagi ia berbicara dan memberiku tumpangan. Namun aku masih menolak tawarannya itu, tapi dengan tatapan tajam matanya serta sentuhan tangan yang halus membuatku terpesona hingga aku menerima tawaran darinya.
"Seharusnya kau tidak boleh percaya padaku begitu saja gadis bodoh..." Ucapnya di tengah jalan.
"Apa maksudnya kak?" Tanyaku yang heran dengan ungkapan darinya itu.
"Hahaha.... Bagaimana kalau aku tidak mengantarmu pulang, aku menculik dan memperkosa mu, lalu ku buang dan ku potong potong tubuhmu secara terpisah." Jelasnya.
Saat itu aku tahu bahwa mungkin semua itu benar dan terjadi. Aku pun bergerak gerak dan memintanya untuk berhenti serta menurunkan ku disini saja.
Sesaat kemudian ia menepikan motornya dan aku langsung turun dan hendak lari. Namun usahaku gagal saat itu, tangannya telah terlebih dahulu memegang pergelangan tanganku.
Saat itu aku memohon agar dia melepaskan diriku. Namun aku hanya mendengar suara tawa yang keluar dari mulutnya.
"Tenanglah Gadis bodoh... Aku takkan berbuat hal itu padamu. Aku tadi hanya mengingatkan dirimu saja." Ucapnya yang seperti tahu dan melihat ketakutan dari wajahku.
Lantas ia menyuruhku untuk naik motornya lagi, sebenarnya aku sudah tidak mau. Namun karena jarak rumahku masih jauh terpaksa aku menuruti kata katanya.
Di sisa perjalanan kami tidak banyak bicara, sebab tidak ada hal yang bisa menjadi topik pembicaraan kami. Aku saat itu hanya berdoa agar sampai selamat sampai dirumah.
Hingga tibalah kami di halaman rumahku, sebenarnya saat itu aku ingin mengucapkan terimakasih, akan tetapi ia langsung berbalik arah dan pergi tanpa menerima ucapan terimakasih dariku.
****
Setelah itu kami sering bertemu atau berpapasan lebih tepatnya, namun tidak ada yang terjadi. Ia tidak pernah memandangku dan aku juga terlalu takut untuk mengucapkan salam terimakasih yang tertunda.
Namun untuk beberapa saat pembicangan kami terjadi lagi, saat itu ketika aku menerima telpon dari pacarku yang memutuskan hubungan kami secara sepihak. Ketika itu aku hanya mampu menangis dan bersedih di sebuah bangku taman kampus kami. Aku ingin meluapkan kesedihanku dengan tangisan saat itu, beberapa tisu yang aku beli sudah habis. Hingga aku mendengar suara yang memanggil ku dengan kasar.
"Apa yang kau lakukan Gadis bodoh! Apa kau tidak tahu atau lupa bahwa ini tempatku." Ujarnya saat itu. Entah mengapa kata kata kasarnya tak membuat hatiku terluka saat itu, mungkin itu karena aku sedang mengalami rasa sakit yang lain.
Mendengar ucapan darinya aku berdiri dan hendak pergi, namun ia mencegahku untuk pergi dan meminjamkan tempat ini padaku saat ini. Saat itulah aku bersyukur, dan ia pun berpaling pergi dariku. Akan tetapi baru beberapa langkah ia berjalan ia berbalik menghadapku dan melemparkan sapu tangannya ke arahku.
"Kembalikan lagi padaku setelah kau cuci bersih." Ucapnya sambil melemparkan sapu tangan itu dan berlalu pergi.
Aku langsung mengambil sapu tangan itu dan menghapus air mataku seketika. Bau harum dan wangi yang keluar dari sapu tangan ini langsung menenangkan perasaan hatiku yang luluh lantah saat ini.
Mungkin dari sinilah aku mulai akrab dan mengenal diri Reyhan secara dekat. Setelah mengembalikan sapu tangan itu kepadanya, hubungan kami mulai akrab, beberapa kali ia pergi mampir ke kelasku untuk mengajakku pergi ke kantin atau sekedar bersantai dan ngobrol di taman.
Sebenarnya Reyhan bukanlah laki laki yang buruk atau jahat, semakin lama kau mengenalnya, semakin kau tahu bahwa dia sebetulnya laki laki yang baik. Semua kejelekannya itu hanya di dapat dari pengamatan saja.
Tentu saja, dengan penampilan yang selalu berpakaian serba hitam, layaknya seorang penyihir yang mengadopsi kegelapan, serta gaya dan tingkah laku yang sesukanya sendiri pasti membuat semua orang berpikir hal buruk padanya. Padahal semua itu tidaklah benar, semakin lama dekat dengannya, semakin nyaman pula aku berada di sampingnya. Aneh memang, jika kau merasa nyaman saat dekat dengan seseorang yang menakutkan seperti Reyhan.
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar