Bab 10
Tak seperti biasanya, cuaca siang hari ini sedikit mendung, bahkan awan hitam sudah nampak sedari tadi, tapi entah mengapa hujan belum datang juga. Siang hari yang biasanya terasa sangat panas pun berubah menjadi sedikit sejuk dan dingin. Beberapa orang yang ada di Kota ini bersyukur akan hal ini dan tak sedikit pula yang menggerutu.
Namun hal itu seperti biasa dan tak ada artinya bagi gadis ini. Gadis berambut panjang, dengan tubuh langsing. Kecantikan masih bisa terlihat dari rasa lelah yang tengah di dihadapinya, namun kebutuhan memaksa tubuhnya untuk terus bekerja. Dan bahkan tak jarang ia telat makan dan mengalami sakit maag beberapa kali.
Namun siang ini cuaca sedang tidak bagus dan begitu pula dengan suasana hatinya. Disaat seperti inilah ia merindukan kekasihnya, yang jelas hari ini ia sangat butuh dukungan moral dari kekasihnya tersebut.
Ia membuka ponselnya, dan melihat beberapa foto lama ia dan Tama yang tersimpan di ponsel. Wajah lesunya mendadak bersinar setelah mendapat sedikit kekuatan baru, namun seketika itu juga kekuatan itu sirna dalam sekejap.
Ia menerima pesan masuk di ponselnya dan membaca isinya. "Aku tunggu di kafe coffee time jam 7 malam." Pesan dari sebuah nomor tanpa nama, dan sepertinya ia tahu siapa yang mengirim pesan kepadanya.
"Haduhh lelah..." ia berguman lirih sambil meletakkan kepalanya diatas meja kerja. Beberapa kali ia menengok waktu, namun masih tersisa dua jam lagi baginya untuk pulang dan beristirahat.
Akan tetapi ada si pengacau yang membuatnya tidak bisa beristirahat lebih awal hari ini, tubuhnya yang lelah membuat dirinya sempat tertidur beberapa saat hingga ponselnya kembali berbunyi, ia membuka mata dengan sisa sisa tenaganya saat ini dan melihat isi pesan ini. "Ku harap kau datang. Dan jangan terlambat, atau kau akan menyesal!"
Bunga sedikit marah akan hal ini, ia mengangkat kembali kepalanya dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan.
****
Siang hari ini Merlin sedang jalan jalan di sebuah Mall. Namun sepertinya ia tidak sendiri, ia seperti merasakan ada beberapa pasang mata yang mengawasinya serta mengikutinya, namun saat dia berbalik ia tak mendapati siapapun ada di belakangnya. Ia menatap sekeliling untuk memastikan, akan tetapi yang dilihat olehnya adalah orang orang yang sibuk sendiri. Ia berpikir bahwa itu hanya sebuah imajinasi gilanya saja, hingga ia memustuskan untuk kembali berjalan di Mall tersebut.
"Aahhhh...." Teriaknya saat tahu ada seseorang yang berdiri di hadapannya. Beberapa orang yang berada di Mall langsung menatap aneh ke arahnya.
"Ada apa Gadis gemuk? Apa kau gila. Kenapa berteriak di sebuah Mall?"
"Kau yang gila dengan berdiri dan mengagetkan ku seperti ini!" Ujar Merlin dengan sedikit marah dan kesal terhadap lelaki ini.
"Hahaha... Bukankah hal ini justru bagus untuk kesehatan jantungmu yang lemah akibat kau tak pernah berolahraga. Kekekeke...." Seru laki laki ini.
Merlin mencoba mengatur kembali nafasnya dan menenangkan dirinya, beberapa kali ia menghela nafas agar untuk melakukannya. Kemudian ia bertanya padanya. "Apa kau mengikuti aku?"
"Kekeke... Nampaknya kau harus memeriksakan otakmu itu." Jelasnya di sela tawa yang mengejek.
"Lalu kenapa kau ada disini Reyhan?" Tanya Merlin dengan kesal.
"Kurasa itu bukan urusanmu, dan bukankah ini tempat umum, jadi aku berhak berada disini, Gadis Gendut!" Ujarnya kepada Merlin.
Namun sebelum Reyhan berjalan melewati dirinya dan pergi, ia melihatnya bahwa laki laki ini membawa sebuah tas kantong belanjaan. Merlin pun hanya sedikit bingung dengan apa yang di beli laki laki tampan ini.
*****
Hari ini Nita tidak bekerja, ia memutuskan untuk ijin libur karena harus menemani sahabatnya belanja untuk persiapan sebuah pernikahan. Dan setelah seharian berkeliaran di Kota ini sampai ke semua penjuru arah untuk mencari perlengkapan pernikahan hingga akhirnya keduanya pulang ke rumah Nisa.
Dari keempat orang sahabat, Annisa Putri Choirun atau Nisa yang terlebih dahulu menikah. Sebab gadis ini terlalu alim dan tidak ingin melakukan hubungan pacaran.
Ketika saat itu ia mengenal Indra, yang sekarang menjadi calon suaminya ini, ia tahu Indra tertarik padanya dan begitu juga sebaliknya. Akan tetapi ketika Indra mengatakan perasaannya itu, ia tidak bisa membalas cinta darinya. Tapi Indra bukanlah pria yang mudah menyerah, dia adalah tipe pejuang cinta sejati.
Hingga dirinya diajak Taaruf oleh laki laki itu dan ia setuju. Keduanya pun melaksanakan Taaruf dan kemudian bertunangan lalu sebentar lagi akan menikah. Seperti kisah cinta yang indah di sebuah negeri dongeng.
"Tinggal tiga minggu lagi ya..." Ucap Nita yang langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu rumah sahabatnya.
"Iya...." Jawab Nisa yang meletakkan beberapa barang belanjaan di dekat sahabatnya itu dan pergi ke dapur. Beberapa menit kemudian ia datang dari dapur dan membawa beberapa makanan kecil dan minuman. "Ini diminum dulu."
"Okay... Kamu memang sahabat yang baik sekali. Tahu apa yang di butuhkan sahabatmu ini." Sahut Nita sambil tersenyum ke arahnya yang menaruh minuman dan makanan di meja depannya.
"Tentu. Aku kan sahabat paling baik..." Seru Nisa sembari sedikit memuji dirinya sendiri.
Keduanya pun duduk bersebelahan dan meminum minumannya. Kedua terlihat sangat lelah dan capek sekali hari ini, meski di dukung oleh langit mendung, namun tetap saja hawa dan udara panas masih terasa oleh keduanya.
"Ternyata menikah itu ribet ya? Harus pergi kesana, kesitu dan belanja ini itu." Sela Nita.
"Iya juga ya... ku kira menikah itu enak dan gampang." Sahutnya.
"Yang gampang menikmati proses malamnya... Hahaha." Ujar Nita yang kemudian tertawa dan diikuti suara tawa Nisa.
"Lalu kapan kau menyusulku?"
"Doakan saja ya.." Seru Nita.
"Boleh aku tanya dan kau harus menjawab dengan jujur." Ujarnya yang menatap mata sahabatnya.
"Tentu... Silahkan saja Nyonya Indra." Jawab Nita dengan menyebut nama suami sahabatnya dengan nada yang mengejek.
Tapi hal itu tak membuat Nisa marah, Gadis ini malah tertawa oleh ucapan konyol sahabatnya. Ia pun bertanya pada Nita. "Apa kau yakin dengan Arifin?"
"Maksudnya?" Tanya balik dari Nita.
"Maksudku apa kau yakin dan serius dengan Arifin?" Jelasnya kepada sahabatnya ini. Kadang dalam saat keadaan lelah, sahabatnya itu akan menjadi gadis yang sedikit lemah dalam berpikir. Berbeda dari biasanya yang selalu nampak pintar dan elegan.
"Oh itu... ia menatap ke depan tapi pikirannya langsung melayang pergi. Arifin adalah pria yang baik dan dia juga adalah pria yang sempurna di mataku. Jadi aku tak punya hal lain atau alasan untuk tidak menerima cintanya dan sebaliknya." Seru Nita.
"Syukurlah kalau begitu..." Ujarnya.
Keduanya pun bercerita tentang segala hal hingga lupa waktu, dan terasa kegelapan telah datang dan malam sudah menyapa Kota ini. Nita pun memutuskan untuk pulang dan berpamitan kepada sahabatnya. Ia takut kedua orang tuanya akan mencari dan sibuk menelponnya sebentar lagi.
*****
Malam yang indah, walau suasana dingin menyelimuti malam ini dan langit mendung masih tetap ada di atas kota ini, sesekali tetesan air langit juga terjatuh untuk memberi tahu pada mahluk bumi untuk bersiap dengan apa yang akan segera datang.
Bunga memacu motornya dengan cepat, ia tidak ingin kehujanan sebelum mencapai kafe tersebut. Sebenarnya tubuhnya sangat lelah, namun demi sebuah hal ia harus bertemu dengan seseorang di sebuah kafe. Tak butuh waktu lama sampai di kafe tersebut dari rumahnya. Seketika itu ia berlari kecil dan langsung masuk ke dalam kafe setelah air hujan langsung menyambut kedatangan dirinya.
Dan dari kejauhan ia sudah tahu ada yang menunggunya dan melemparkan senyum ke arahnya.
"Syukurlah kau tidak kehujanan... Kekeke padahal aku berdoa agar kau kehujanan dan basah kuyup." Ucapnya yang membuat telinga Bunga panas saat menghampirinya.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Bunga. Ia tahu bahwa Reyhan tak akan bertemu dengannya tanpa suatu alasan.
"Hahaha... Tenanglah dan tak usah terburu buru. Lebih baik kau pesan minuman terlebih dahulu untuk menghangatkan tubuh kurusmu itu." Ucap Reyhan sambil mengarahkan jari telunjuknya ke Bunga.
Bunga pun langsung memanggil pelayan kafe untuk memesan minuman. Namun minuman yang di pesannya tak kunjung datang hingga ia langsung dikejutkan oleh seorang laki laki yang berdiri disampingnya.
"Ahhhh Tama?" Teriak Bunga seperti tak percaya. Ia mengucek kedua matanya untuk memastikan bahwa orang yang di depannya itu memang Tama, kekasihnya.
Sementara Tama hanya berdiri dan tersenyum ke arahnya, ia tidak tahu bahwa Bunga bisa sampai terkejut seperti ini. Ia lalu meraih tangannya dan memeluk kekasihnya itu.
Sementara bagi Bunga, ia hanya bisa menangis dan meneteskan air mata saat kekasihnya memeluknya dan kejadian ini memang nyata dan bukan sebuah mimpi.
"Kapan kau tiba disini?" Tanyanya.
"Tadi Siang sekitar pukul dua siang." Ujarnya.
Namun tiba tiba terdengar suara tepuk tangan dari arah Reyhan duduk. Dan saat itu memang Reyhan bertepuk tangan saat menyaksikan drama kecil di hadapannya. Ia juga memancarkan cahaya dari kedua bola matanya yang seperti menonton sebuah film drama.
"Lalu kau apa hubungannya dengan ini?" Ujar Bunga sembari menatapnya.
"Kurasa kita akan menjadi teman atau mungkin sahabat." Ucapnya.
"Hah...??? Maksudmu?" Tanya Bunga bingung dengan ekspresi khas wajahnya.
"Nanti aku yang akan menjelaskan.." Sahut Tama.
Tapi kemudian Reyhan bangkit dari tempat duduknya dan menepuk bahu Tama sambil mengucapkan beberapa kata kepadanya. Lantas ia pun pergi meninggalkan kedua pasangan itu malam ini.
Bunga pun kembali duduk dan juga Tama yang duduk di sebelahnya. Namun Bunga masih bingung dengan hal ini, bagaimana kekasihnya bisa berkenalan dengan mahluk aneh seperti Reyhan.
Ia pun lantas bertanya kepada kekasihnya ini. "Apa hubunganmu dengan Reyhan?"
"Kami teman lama.." Ucapnya.
"Teman lama?" Tanya Bunga yang semakin bingung.
"Akan aku jelaskan. Aku dan Reyhan berteman ketika kami masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Saat itulah aku berkenalan dan bersahabat dengannya. Namun pertemanan kami hanya berlangsung singkat. Setelah lulus dari sekolah waktu itu aku tidak pernah lagi tahu kabar tentang dirinya, Hingga kemudian kami bertemu di Malang ketika aku mendapat proyek pekerjaan disana." Penjelasan panjang lebar dari Tama.
Sebenarnya Bunga ingin bertanya lebih banyak lagi, akan tetapi Tama memberi isyarat dan mengatakan bahwa saat ini ia ingin menikmati waktu berdua bersamanya tanpa membicarakan orang lain. Hal itu membuat Bunga bahagia sekaligus tersipu malu.
*****
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar