Bab 18
Dua minggu sudah berlalu, dan Nita telah beberapa waktu dalam belakang ini menjalankan nasehat dari ibunya. Tanggal pernikahan dirinya dengan Arifin juga sudah ditentukan dan semakin dekat setiap harinya.
Akan tetapi hatinya belum bisa menentukan atau memastikan tentang siapa yang dipilih. Sebenarnya ia sudah memilih Arifin, namun ada suara lain di dalam hatinya yang mendukung Reyhan. Namun nampaknya gadis ini memilih Arifin, laki laki yang ada ketika dirinya sedang jatuh dan terpuruk, laki laki yang beberapa tahun ke belakang selalu ada di sisinya, dan menemani serta mendukung semua dan segala hal yang dilakukannya.
Dan tak berselang lama Bunga, dan Merlin datang ke rumah sahabatnya, Keduanya merasa sudah lama mereka tidak berkumpul bersama atau berkunjung ke rumah sahabatnya. Kedua gadis ini turun dari mobil dan bertamu ke rumah Nita.
"Assalamualaikum...Nita." Salam Bunga dan juga memanggil sahabatnya.
"Nita..." Panggil Merlin.
"Iya sebentar..." Terdengar suara balasan dan kemudian di ikuti kemunculannya.
"Kau lagi libur kan?" Tanya Merlin.
"Iya tuh memang kenapa?" Tanya Nita sambil bingung.
"Tidak apa apa... " Balas Bunga.
"Lihat Bunga bahwa tebakan ku benar.." Seru Merlin sambil mengejek sahabat yang datang bersamanya.
"Iya iya kau menang... Puas?" Guman Bunga dengan kesal ke arah Merlin yang dari tadi meledek dirinya.
Sedangkan Nita hanya semakin bingung dengan tingkah dua sahabatnya ini. Tapi terkadang mereka juga sering bertingkah aneh dan lucu, senyum kecil tergambar dari wajah manisnya. Nita menyuruh kedua sahabatnya untuk duduk sedangkan dirinya masuk ke dalam rumah untuk membuatkan minuman kepada kedua sahabat baiknya itu.
Saat sedang menunggu Nita yang membuatkan minuman untuk dirinya dan Merlin. Bunga hanya melihat dan menatap rumah tetangga Nita.
Rumah yang dalam waktu beberapa bulan terakhir ini ditempati oleh Reyhan, namun tak seperti dulu, kali ini rumah itu terlihat kotor, sepi dan sunyi, seperti sudah lama tak pernah ditempati. Tentu saja hal ini menimbulkan sedikit pertanyaan di benak gadis kurus ini, dimana dan sedang apa Reyhan.
Hingga suara Nita yang datang membuyarkan lamunannya.
"Ini minum dulu." Tegur Nita sambil meletakkan minuman yang ia bawa di meja.
"Terimakasih sayang..." Jawab Merlin dan Bunga dengan kompak.
"Oh iya Nit kok rumah itu sepi?" Ujar Merlin. Mendengar pertanyaan dari Merlin, Bunga menyenggol siku tangan Merlin sebagai kode.
"Tidak apa apa kok...Aku sudah lebih baik." Kata kata dari Nita yang tahu kelakuan kedua sahabatnya ini. Ia pun sempat tersenyum kepada keduanya.
"Iya seperti sudah lama tidak ditempati?" Tanya Bunga kemudian. Namun kali ini Merlin yang sedang meneguk minumannya langsung menatap tajam ke arah Bunga. Ia seperti memberi gadis itu kode balik.
"Entahlah aku juga tidak tahu... Sudah lebih dari dua minggu rumah itu kosong. Entah kemana dia dan sedang apa dia sekarang... Aku tidak tahu." Jawab Nita yang sempat terdiam sebelum melanjutkan kata katanya kembali.
"Lalu bagaimana persiapanmu sendiri?" Suara Merlin yang memecah nuansa sedih yang sempat terjadi.
"Persiapan?" Tanya Nita sambil mengangkat satu alisnya.
"Iya Persiapan pernikahan kamu dan Arifin, bukankah tinggal dua minggu lagi?" Tambah Bunga.
"Semua berjalan lancar dan terkendali... Hahaha" Jawab Nita dengan sedikit melucu. Ia sudah bercerita kepada kedua sahabatnya tentang Arifin yang melamar dan mengajaknya menikah. Mereka adalah orang pertama yang mendengar kabar bahagia itu.
Ketiga gadis ini juga bergosip dan bercerita banyak hal. Seperti yang dilakukan gadis gadis lain di usia mereka, mereka berbicara dan bercanda dengan segala lelucon yang ada. Hingga membuat ketiga gadis ini lupa waktu.
"Nampaknya sudah sore...Aku pamit dulu ya?" Ujar Merlin sambil melihat waktu di jam tangan yang ia kenakan.
"Iya aku juga..." Sahut Bunga yang juga berdiri dari tempat duduk.
"Kok gitu?" Seru Nita dengan sedikit cemberut.
"Tenanglah Tuan Putri besok atau kapan kapan kami datang lagi.." Ucap Merlin yang menghibur sahabatnya dengan sedikit mengejek.
"Iya deh.." Jawab Nita. Nita melihat kedua sahabatnya masuk ke dalam mobil dan kemudian pergi meninggalkan rumahnya. Bagi gadis ini mereka adalah sahabat terbaik yang pernah ada. Dan ia bersyukur di dunia ini memiliki sahabat seperti mereka, dan juga Nisa. Yang sekarang lebih sibuk dan banyak membuang waktu untuk keluarganya, tapi meski begitu Nisa juga tetap bagian dari mereka berempat.
*****
Setelah berkunjung ke rumah Nita dan melihat kondisi sahabatnya, Bunga merasa sedikit lega. Ia terlalu khawatir akan kondisi sahabatnya yang sempat sedih dan hampir saja depresi.
Namun ia yang sekarang sedang duduk termenung diruang tamu, merasa ada sesuatu atau sedikit hal yang mengganggunya. Apalagi dan bukan tentang mantan pacar sahabatnya di masa lalu, Reyhan.
Ia merasa bingung, apa yang terjadi dengan laki laki itu ia datang dan pergi sesuka dan semaunya sendiri, juga terkadang sering menghilang seperti hantu. Meskipun sempat berbicara dan bertemu dengan Reyhan beberapa kali, gadis yang memiliki kemampuan analisis akurat ini sulit mendekripsi diri Reyhan.
Laki laki itu terlalu misterius dan sulit di tebak. Banyak teka teki dan misteri di dalam dirinya. Bunga yang sekarang sedang sibuk dan memfokuskan pikirannya kemana mana malah tidak peduli dengan acara televisi kesukaannya yang selalu di tonton olehnya. Sebab saat ini pikirannya sedang pergi dan mengumpulkan semua data yang di peroleh dirinya. Hingga bunyi ponselnya menghancurkan konsentrasinya seketika.
"Siapa sih yang menganggu malam malam begini." Gerutu Bunga yang mengambil ponsel dan membukanya. Ternyata berisi sebuah pesan masuk yang membuat bibir mungil gadis ini tersenyum..
"Ternyata panjang umur juga.." Batinnya.
17.00 WIB.
Keesokan harinya atau lebih tepat bila dikatakan satu hari sesudahnya. Bunga masih berhias diri dan berdandan di depan kaca. Setelah selesai ia langsung keluar dari kamarnya dan pergi entah kemana mengendarai sepeda motornya.
Sedangkan di tempat lain Reyhan duduk sambil menikmati minuman yang di pesannya. Sudah hampir satu jam ia duduk disana sendiri dan menikmati suasana ini, tidak ada teman atau kawan yang duduk bersamanya atau di ajak berbagi atau bercerita. Ia yang dalam beberapa waktu ini lebih suka berada di kafe dan tidur di hotel. Entah hal apa yang bisa membuat lelaki cerdas ini begitu murung dan bersedih.
"Maaf kau sedikit terlambat..." Sapa seorang gadis yang menghampiri dan tersenyum padanya.
"Hmmm kau memang selalu terlambat..." Jawab Reyhan dengan ogah ogahan dan mempersilahkan tamunya itu duduk.
"Ada apa Reyhan? Kenapa kau tiba tiba ingin bertemu denganku?" Tanya Bunga yang bingung dengan sikap temannya itu.
"Tidak ada apa apa. Aku hanya ingin bertemu dan berbincang sedikit dengan temanku." Jawab Reyhan simple.
Bunga yang mendapati kondisi dan sikap aneh dari Reyhan sedikit curiga. Tidak seperti biasanya laki laki ini bertingkah wajar atau seperti manusia pada umumnya jika tidak ada hal yang direncanakan olehnya.
Sebab Bunga tahu bahwa Reyhan adalah orang yang penuh misteri dan kejutan, namun kali ini ia melihat wajah lelaki ini sedikit murung dan sedih. Tidak seperti ketika ia bertemu dengannya bebarapa waktu yang lalu, ia terlihat tersenyum dan menakutkan. Akan tetapi sekarang ia terlihat sedang sedih, seperti ada sebuah awan mendung yang menggantung di atas kepalanya.
"Apa Tama memberi kabar denganmu?" Tanya Reyhan mulai berbicara.
"Iya...Setiap hari dia selalu menelfonku." Jawab Bunga sambil menatap aneh ke arah Lawan bicaranya ini.
"Berhentilah menatapku seperti itu dan menganalisa diriku saat ini." Ucap Reyhan yang membuat gadis ini terkejut.
"Darimana kau tahu?" Tanya Bunga bingung. Ia dari tadi menatap Reyhan dan menganalisa kondisi laki laki ini. Namun ia tak pernah menyangka bahwa Reyhan sadar bahwa dia sedang dianalisa.
"Tanpa harus melihat dirimu aku juga sudah tahu. Semua yang kau lakukan sudah tercium olehku sedari tadi." Ucap Reyhan dengan sedikit tersenyum.
Bunga yang melihat bahwa Reyhan sedikit tersenyum telah merasa lega. Baginya laki laki tampan dan menyeramkan seperti Reyhan akan aneh bila bersikap dan bertingkah wajar. Tidak ada gertakan atau anacaman yang biasa ia katakan dan lakukan, tentu saja membuat orang yang mengenal diri Reyhan merasa aneh dan tambah takut.
Namun sepertinya gadis ini sudah sedikit bisa memahami karakteristik dari Reyhan, meskipun belum dengan detail namun ia sudah merasa puas dengan data yang baru saja didapatkan olehnya.
"Lalu untuk apa kau mengajak dan mengundangku kesini?" Tanya Bunga.
"Sudah aku jelaskan bahwa aku hanya ingin berbincang sedikit hal denganmu." Jawab Reyhan singkat.
"Apa kau yakin?" Ucap Bunga yang semakin penasaran.
"Tidak...Hahaha." Jawab Reyhan.
Sementara Bunga hanya bergumam kesal dan menggerutu lawan bicaranya. "Reyhan.. aku serius."
"Kau lihat wajahmu sangat lucu ketika kau penasaran. Hahaha.... Oh iya kalau Tama pulang sampaikan salahku padanya." Seru Reyhan.
"Kenapa tidak kau sendiri yang menemuinya ketika ia pulang." Ujar Bunga yang masih kesal.
"Seandainya aku bisa... Aku akan berpamitan padanya sendiri." Balasnya.
"Maksudnya?" Ucap Bunga yang semakin bingung dengan kata kata Reyhan.
"Mungkin dalam dua minggu kedepan ini aku sudah harus pergi, jadi anggap saja pertemuan ini sekaligus salam perpisahan dariku." Jelas Reyhan kepada gadis ini.
"Pergi...? Kemana? Apa kau tidak akan kembali lagi kesini." Pertanyaan beruntun dari bunga.
"Ke Sydney, Australian. Mungkin tidak akan dalam waktu yang singkat aku bisa kembali lagi. Dan sampaikan juga salamku pada Nita." Jawab Reyhan.
Mendengar perkataan dari Reyhan membuat gadis berambut panjang dan bertubuh kurus ini sedikit merasa sedih, meskipun dia baru mengenal Reyhan beberapa bulan, dan walaupun dia bukan teman akrab. Namun Bunga tetap merasa bahwa Reyhan sebenarnya teman yang baik, walaupun dengan sifat dan sikap aneh yang dimilikinya.
"Ya sudah pesan saja semua makanan sesukamu...Hari ini aku yang traktir." Seru Reyhan sambil mengangkat tangan kanannya sebagai simbol memanggil pelayan kafe.
*****
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar