Bab 4
Di Sebuah Bioskop
Ada dua orang laki dan perempuan yang sedang menonton sebuah film. Sebuah film yang bercerita tentang cinta dan konflik, serta pertentangan kedua orang tua mereka. Film tersebut cukup bagus, hingga beberapa penonton di buat kagum oleh alur film tersebut. Akan tetapi di film tersebut tidak berakhir bahagia.
Sebab si tokoh utama harus meninggal dunia akibat menyelamatkan kekasihnya dari kawanan perampok.
"Akhirnya selesai juga..." Ucap seorang laki laki yang lega setelah film tersebut usai. Di ikuti dengan lampu bioskop yang kembali menyala.
"Heem hiks hiks..." Sahut gadis yang duduk di sebelahnya.
"Bukan film yang jelek kan?" Tanya pemuda itu sambil menoleh ke arah gadis di sebelahnya.
"Heem..." Jawabnya.
Pemuda itu pun heran kenapa teman perempuannya ini menangis. Ia ingin menanyakan hal itu. Bertanya tentang apa yang membuat dia menangis.
Namun akan tetapi dia terdiam tidak bertanya, mulutnya seakan membisu tapi matanya melihat air mata yang keluar dari kedua mata temannya itu.
Ia pun mencari tisu di saku celananya. Siapa tahu dia mempunyai tisu untuk menghapus air mata gadis yang di sukainya.
Namun ia tak menemukan juga, ia pun menghapus air mata gadis itu dengan kedua tangannya. Hingga keduanya saling menatap tanpa berkata.
"Itu film yang jelek. Kenapa si tokoh pria harus mati?!" Ujar gadis itu.
Sementara si pemuda hanya tersenyum mendengar perkataannya, namun dalam hatinya ia berkata dan berjanji. Bahwa ia tidak akan membuat gadis ini bersedih atau menangis lagi, ia berjanji akan membuatnya bahagia meski itu dengan cara yang gadis tersebut tidak sukai.
Itu adalah sebuah ikrar janji di dalam hatinya.
****
Senin pagi minggu ke dua bulan Februari
Awan mendung menyelimuti pagi ini, matahari yang biasanya bersinar, dan sinar hangatnya di pagi hari yang selalu menampilkan keindahan tidak terlihat hari ini.
Entah mengapa awan mendung datang sepagi ini dan meski tanpa diikuti oleh rintik hujan. Tetap saja ini membuat pagi yang tak indah.
Reyhan yang duduk di bangku teras rumahnya, menikmati suasana pagi dengan secangkir kopi hitam serta beberapa gorengan. Matanya melihat ke arah rumah sebelahnya, ke arah rumah yang bergitu hidup sebab di isi oleh keluarga yang selalu berbahagia.
Berbeda dengan rumahnya, yang sepi dan tidak ada kehangatan keluarga. Ia memang tinggal sendiri di rumah ini apalagi setelah memutuskan untuk berhenti kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan di Kota Malang.
Namun setelah beberapa tahun bekerja ia pun kembali ke kota kelahirannya, meski tidak kembali ke tempat dimana ia tinggal sebelumnya.
Namun tetap saja kota ini masih mempunyai banyak kisah yang masih membekas di ingatan kepalanya.
Ia sendiri tahu bahwa saat itu kepergian dirinya demi kebaikan bersama. Namun saat itu juga ia percaya bahwa suatu hari kota ini akan memanggilnya datang kembali, memanggilnya untuk pulang dan menikmati kehidupan lagi disini.
Hingga pandangan matanya teralihkan ketika mendengar ada suara seorang wanita yang keluar dari salah satu rumah. Ia memperhatikan wanita itu dengan seksama dan ia pun melihat wanita itu pergi mengendarai sepeda motor lengkap dengan pakaian kerja.
****
"Iya sayang aku baik baik saja kok." Ucap Bunga yang sedang berbicara lewat telepon dengan kekasihnya.
"Ya sudah kalau gitu... Aku mau lanjut kerja lagi." Jawab suara terdengar dari telepon tersebut.
"Iya sayang.. bye papah Tama emmuacch.." Ujar Bunga lalu mematikan telepon tersebut.
Semenjak kekasihnya mendapatkan pekerjaan di luar kota atau lebih tepatnya di luar jawa di daerah kalimatan. Bunga terpaksa berhubungan dengan pacarnya tersebut melalui handphone. Namun ia tak pernah mengeluh sedikit pun, ia merasa bahwa ini adalah ujian dari tuhan untuk hubungan mereka.
Agar mereka kuat menjalani cobaan di masa yang akan datang.
Tak berselang lama ponselnya kembali berbunyi. Namun kali ini bukan bunyi panggilan akan tetapi bunyi pesan masuk. Ia pun membaca pesan itu dan kemudian membalasnya.
"Tok Tok.... Assalamualaikum..." Ucap seseorang yang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Iya... Walaikumsalam."' Sahut Bunga dari dalam rumahnya dan berjalan untuk membukakan pintu.
Setelah pintu terbuka, berdirilah Merlin di depan pintu tersebut. Ia ingin mengajak sahabatnya itu pergi jalan jalan atau sekedar bersantai di suatu tempat. Sebab hari ini dia sedang tidak tahu mau pergi kemana, lagi pula ia tidak ada kegiatan yang pasti setiap harinya.
"Iya ayo berangkat..." Kata Bunga yang menutup pintu rumah.
"Tumben kamu sudah siap, biasanya belum apa apa..." Ujar Merlin sambil sedikit mengejek sahabatnya ini.
"Halah... Jangan samakan aku dengan Nita ya... Week." Jawabnya disertai menjulurkan lidahnya ke arah Merlin.
Keduanya pun masuk ke dalam mobil dan pergi mencari penyegaran jiwa.
Hari ini seharusnya Bunga bekerja, sebab jatah liburnya telah lewat beberapa hari yang lalu. Namun karena hari ini ia sedang malas untuk bekerja ia lebih memilih untuk bolos kerja dan pergi bersama sahabatnya itu.
Entah kemana mereka pergi, Merlin yang menyetir mobilnya mencari tempat yang bisa digunakan untuk bersantai, tempat dengan suasana yang enak.
Hingga ia terpikirkan untuk pergi kemana, lalu menambah kecepatan mobilnya dan menuju ke tempat tersebut.
****
Taman Kota.
Merlin dan bunga yang sudah sampai di taman ke kota segera memarkir mobilnya, kedua pun langsung turun dari mobil dan berjalan menuju taman.
Di taman ini tidak terlalu sepi, ada beberapa orang yang berlalu lalang dan ada juga beberapa muda mudi yang sedang berpacaran. Hal itu sudah biasa selama masih berada di batas normal.
Sementara setelah berada di taman dan membeli minuman dan beberapa makanan, mereka berjalan jalan mencari bangku kosong di taman tersebut.
Sebenarnya banyak sekali bangku kosong di taman tersebut akan tetapi di sebelahnya banyak orang yang sedang pacaran, dan hal itu membuat orang lain merasa tak nyaman, tak terkecuali dengan Bunga dan Merlin.
"Bagaimana dengan Tama?" Tanya Merlin saat keduanya masih berjalan mencari tempat.
"Tama... dia baik baik saja kok." Jawab Bunga.
"Bukan itu maksudku..?" Tambah Merlin yang masih sibuk melihat sekeliling.
"Lalu?" Sahut Bunga dengan sedikit bingung sambil menoleh ke arahnya.
"Bagaimana hubungan kalian.. Mbok?" Jelas Merlin dengan nada sedikit kesal dan mengejek Bunga.
"Aku dan dia baik baik saja kok, Meski hubungan kami saat ini sedang jarak jauh, tapi kurasa itu tidak masalah dan dia pun juga sama." Jawabnya sambil memandangi langit. Ia membayangkan bahwa Tama sedang merindukannya.
"Heh Merlin ..... Kau tak mendengarkan kata kataku ya?!" Tanya Bunga yang mendapati Merlin melihat ke suatu arah.
"Lihat itu."' Jawab Merlin sambil mengarahkan jari telunjuknya sesuatu tempat.
Bunga pun melihat arah jari Merlin, ia melihat dengan seksama apa yang sedang sahabatnya ini amati. "Itu kan tetangga baru." Ujarnya.
"Namanya Reyhan." Seru Merlin.
"Darimana kau tahu?" Tanya Bunga sekali lagi.
"Aku pernah bertemu dengannya beberapa waktu yang lalu dan menanyakan namanya." Jawab Merlin singkat. Ia masih mengamati pemuda itu.
"Lalu apa yang ia lakukan disini?" Ujarnya. Ia juga masih bisa melihat kemana Reyhan berjalan pergi.
"Entahlah..." Jawab Merlin sambil menggelengkan kepalanya dan mengikuti pemuda itu.
"Tunggu aku.." Kata Bunga yang ditinggalkan Merlin. Ia pun berjalan mengikutinya, berjalan mengikuti langkah kaki si tetangga sahabatnya.
Merlin dan Bunga mengikuti pemuda itu dengan hati hati agar Reyhan tak tahu bahwa ada yang sedang mengikuti dirinya.
Namun mereka kehilangan jejak, Reyhan yang seharusnya ada beberapa langkah di depan mereka tiba tiba menghilang.
Sementara saat itu Bunga dan Merlin saling melihat satu sama lain dengan tak percaya. Mereka sadar betul bahwa tadi mengikutinya ke arah yang benar.
"Aaarrrggghh..." Teriak keduanya saat mendengar sebuah suara dari belakang mereka.
Mereka sangat terkejut sampai serasa jantungnya akan copot.
"Apa yang kalian lakukan disini dan kenapa kalian mengikuti diriku?" Tanya Reyhan yang tiba tiba sudah berdiri di belakang Bunga dan Merlin.
"Jangan bikin kaget begitu! Apa kau ingin aku mati terkena serangan jantung." Ujar Merlin dengan nada tinggi. Ia tahu jantungnya masih masih berdetak dengan cepat. Sementara Bunga berusaha menenangkan sahabatnya ini.
"Aku bertanya sekali lagi... Kenapa kalian mengikuti aku?" Tanya Reyhan kembali dengan sedikit kesal.
"Kami hanya ingin bersantai di taman ini dan kemudian kami melihatmu." Jawab Bunga sambil menatap lawan bicaranya.
"Lalu kau sendiri apa yang kau lakukan?" Seru Merlin yang bertanya balik.
Tapi bukan menjawab pertanyaan kedua gadis ini, Reyhan malah melihat keduanya. Ia pun berbalik arah melangkah pergi dari keduanya.
"Heh!!! Jawab pertanyaanku Brengsek!!" Ujar Merlin dengan kesal. Rasa emosi telah mencapai di bagian otaknya hingga ia tidak bisa berpikir normal. Sementara Bunga mencoba kembali menenangkan sahabatnya itu.
"Akan sangat bagus jika aku bertanya kalian menjawab, namun ada beberapa hal yang meski kau bertanya tapi belum tentu mendapatkan jawaban dari pertanyaanmu itu." Ungkap Reyhan tanpa berbalik ke arah kedua gadis itu berdiri.
Ia pun berjalan pergi meninggalkan keduanya. Disertai dengan senyuman kecil dari bibirnya atau lebih tepatnya sebuah seringai menakutkan.
Sementara Merlin hanya bertambah kesal mendengar perkataan Reyhan, sedangkan Bunga hanya terdiam dan mencermati ucapan tadi sambil melihatnya pergi entah kemana.
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar