Bab 13
Dan semakin lama hubungan dua mahluk ini semakin dekat. Hubungan keduanya membuat semua anak anak kampus, dan Dosen menjadi bingung dan heran. Tidak mungkin seseorang yang begitu cantik dan baik hati seperti seorang bidadari, bersanding dan bersama manusia yang lebih pantas menjadi seorang iblis. Namun semua perkataan itu tidak membuat kedua orang ini marah, keduanya tidak pernah mempedulikan hal itu.
Begitu juga dengan Nita, ia tak harus dan tidak perlu mendengarkan suara suara yang selalu bergema di belakang telinganya. Menurutnya semua orang disini tidaklah tahu siapa Reyhan dan sifatnya yang sebenarnya. Karena menurut dirinya dan juga Reyhan, semua orang ini tidak penting. Seperti yang pernah Reyhan katakan kepadanya. "Baik dan buruk seseorang bukan dari apa yang dilakukan, atau dikerjakan. Melainkan dari sudut mana mata kalian memandang."
Namun masih ada beberapa hal yang masih membuat risau hatinya. Yaitu tentang perasaan Reyhan kepadanya. Selama ini hubungan mereka memang sangat dekat. Akan tetapi ia tidak tahu bagaimana perasaan lelaki itu terhadap dirinya, sebab Reyhan tidak pernah mengatakan apapun mengenai perasaannya.
"Hei Nit melamun aja..." Tegur Andien yang saat itu melihat temannya bengong di kantin. Bahkan makanan yang di pesannya tidak disentuh sama sekali.
"Ahh kau.. aku kira siapa." Jawabku yang tersadar dari lamunan.
"Uhh... Apa yang membuat putri kecantikan ini menjadi pemikir berat." Ujar Risti yang datang menghampiri kita berdua. Ia lalu duduk di sebelahku, sedangkan Andien duduk di bangku depanku.
"Bukan apa apa kok.... Tidak penting." Sahutku seketika.
"Yakin?" Tanya Risti sambil mengedipkan mata padaku. Ia seperti tahu isi hatiku dan apa yang ku pikirkan saat ini.
"Iya.." Jawabku singkat.
"Lalu bagaimana hubunganmu dengan Reyhan... Si pangeran kegelapan itu?" Sela Andien kemudian.
"Ya begini begini aja. Kami baik baik saja."
"Apa jangan jangan kalian.." Ucap Risti dengan tersenyum seperti mengetahui sesuatu.
"Sudah.! Kita bisa ganti topik lain." Ujarku dengan tegas kepada kedua teman kelasku ini. Memang benar mereka adalah teman yang baik, akan tetapi terkadang mulut mereka tidak begitu baik.
Saat itulah kedua temanku ini menatapku dengan takut. Aku bisa dengan jelas melihat ketakutan dari kedua wajah temanku saat ini. Setelah itu suasana hening terjadi pada kami bertiga, tidak ada sepatah kata pun yang terlontar dari masing masing mulut kami. Kami terdiam seperti tidak mengenal sebelumnya, namun saat itu aku sadar dan sudah salah terhadap kedua temanku ini. Aku harus segera minta maaf kepada kedua temanku.
"Maafkan aku tadi.." Kataku meminta maaf kepada keduanya.
"Kami juga minta maaf ya.." Jawab Andien sambil memelukku.
"Iya aku juga minta maaf.." Suara Risti kepadaku.
Aku menghela nafas dan kemudian aku berpamitan kepada kedua temanku ini untuk pergi ke kelas. Temanku pun membayar makanannya dan langsung mengikuti ke kelas.
*****
Sudah lama aku dan Reyhan berhubungan. Kami sering pergi bersama entah kemanapun itu, atau hanya sekedar menonton film, bersantai atau mengobrol. Pernah suatu hari ia mengajakku untuk pergi ke rumahnya, namun ternyata saat itu aku bukan diajak ke rumah, malah berada di hotel.
Sempat seketika itu aku berpikiran buruk kepadanya ketika membawaku ke hotel ini, namun seperti tahu jalan pikiranku saat ini. Ia mengatakan bahwa ia tinggal disini dalam beberapa waktu terakhir.
Saat itu aku benar benar heran. Namun sesampainya di kamar hotel, ia tidak bercerita dan mengatakan apapun kepadaku. Dan hal ini tentu membuatku semakin penasaran. Hingga aku memberanikan diri untuk mencoba bertanya.
"Reyhan? Bolehkah aku bertanya padamu?" Ucapku.
"Kau aneh sekali hari ini... Hari ini kau lebih banyak dan aktif dalam bertanya." Ujar Reyhan kepadaku.
"Bagaimana apa aku boleh bertanya?" Ucapku kembali.
"Tentu.. Apa yang ingin kau tanyakan." Katanya.
"Apa Orang Tuamu pemilik hotel ini?" Tanyaku.
"Bukan.."
"Lalu Orang Tuamu atau kamu yang kerja di hotel?" Tanyaku lagi.
"Salah semua." Jawabnya singkat.
"Lalu?" Ujarku yang semakin penasaran akan hal ini.
"Aku tinggal di hotel ini secara gratis dan cuma cuma. Sebab bangunan hotel ini berbeda dengan sertifikat bangunan dan tanah mereka. Jadi secara tidak langsung bangunan ini memakan sedikit wilayah orang lain dan pemerintah. Dan saat pemilik hotel ini tahu bahwa aku mengetahui hal ini, mereka langsung menawariku untuk tinggal disini secara gratis." Ucapnya yang menjelaskan padaku.
Ketika mendengarkan semua penjelasan darinya aku langsung sadar, bahwa seseorang yang sedang dekat denganku beberapa waktu ini adalah laki laki yang menakutkan.
Aku pernah berpikir apa ia tidak takut apa yang akan dilakukan oleh pemilik atau petugas hotel ini kepadanya, bisa saja terjadi hal yang buruk kepadanya nanti.
Namun sekali lagi ia hanya tertawa dengan suara yang khas kepadaku.
Bukan hanya itu saja, Reyhan tidak pernah mengatakan darimana ia berasal dan siapa orang tuanya, pernah sesekali aku bertanya padanya. Namun bukan jawaban yang aku dapat, melainkan sifat diamnya. Sejak itu pun aku memutuskan untuk tidak bertanya tentang asal usulnya.
*****
Hingga suatu pagi aku mendengar sebuah kabar dari teman kelasku. Ia menghampiri diriku yang sedang duduk diam di dalam kelas. Memang saat ini kami semua sedang menunggu dosen kami yang terlambat datang, hal ini tak pernah terjadi sebelumnya.
Risti yang saat itu bertempat duduk beberapa bangku di depanku, langsung berdiri dan berjalan ke arahku. Ia menarik bangku yang kosong dan langsung duduk tepat di sebelahku.
"Nit... Ada yang ingin aku katakan dan sampaikan padamu." Ujarnya dengan suara pelan.
"Apa?" Jawabku cuek. Orang ini adalah ratu penggosip di kelas kami, dan jelas dengan pasti ia ingin menggosipkan sesuatu padaku.
"Tapi janji kau jangan marah.." Ujarnya kembali seperti meminta ijin.
"Iya iya..." Jawabku yang memang saat ini sedang malas untuk berbicara. Namun dari sorot kedua matanya aku melihat keseriusan.
Risti berkata padaku bahwa kemarin sore ia melihat Reyhan dengan seorang gadis berada di mall. Namun ia tidak tahu atau kenal siapa gadis yang bersama Reyhan, namun ia sempat mengambil beberapa gambar keduanya dengan kamera ponselnya. Ia pun menunjukkan hal itu padaku.
"Maaf Nit... Tapi aku ingin kau tahu." Ucapnya saat menunjukkan foto itu padaku.
Aku yang pertama kali tidak percaya dengan ucapan temanku ini langsung ingin marah, akan tetapi ia mempunyai bukti sebagai semua perkataan darinya tadi. Dan saat melihat foto tersebut hatiku perih dan hancur.
Di foto itu aku melihat Reyhan makan dengan seorang gadis yang cantik, dan keduanya tampak mesra dan bahagia. Aku merasa seperti hancur, semua pertanyaanku telah terjawab kali ini, tentang Reyhan tidak pernah mengatakan perasaannya padaku dan tentang kejelasan hubungan kami. Dan sekarang aku tahu alasannya ia tidak pernah melakukan hal itu.
Mataku berkaca kaca, air mataku kutahan semampu mungkin, namun hatiku tetap saja perih dan sakit. Aku seperti tertusuk oleh pisau beracun, meski tidak membunuhmu seketika, tapi membunuh dirimu secara perlahan dengan rasa sakit yang mengerikan.
Namun aku harus bersikap kuat, aku ingin langsung mendatanginya saat ini juga, namun tujuanku terhalang oleh Dosen kami yang baru saja masuk ke kelas. Aku langsung mengirim pesan singkat ke nomor handphone nya untuk bertemu siang nanti.
Selama jam mata kuliah ini berlangsung, aku tidak fokus sama sekali. Tubuhku memang berada disini, tapi pikiranku telah melayang pergi, dan hatiku kesakitan setengah mati.
*****
Akhirnya mata kuliah ini selesai juga. Setelah Dosen kami keluar, aku langsung berlari menuju pintu kelas dan menuju tempat Reyhan. Saat ini aku yakin teman temanku memandang sifat aneh dariku.
Namun aku harus tetap menemuinya saat ini, kutahan air mataku yang sudah keluar beberapa kali. Sebab yang kubutuhkan saat ini adalah penjelasan darinya.
Aku bisa melihatnya, ia sedang duduk seperti biasanya di bangku kesukaannya. Aku tahu ia pasti melihatku berlari ke arahnya, dan ia juga melempar sebuah senyum yang manis untuk menutupi kebusukannya.
"Kau terlambat gadis bodoh!" Sapanya ketika aku sudah berada di hadapannya.
Kuatur kembali nafasku dan ku coba redam amarah serta ku tahan air mataku saat ini. Untuk pertama kalinya aku bersuara lantang padanya. "Apa yang kau lakukan kemarin sore!"
Dia hanya melihat ekspresi ku saat itu, namun dia tak menjawab atau mengatakan apapun padaku. Ia seperti penjahat yang tidak mengakui perbuatan dosanya, serta bertingkah seperti tidak terjadi apa apa. Dengan tatapan matanya yang tajam ia melihatku.
"Jawab pertanyaanku... Apa kau pergi dengan seorang gadis lain kemarin!!!" Ucapku dengan setengah berteriak dan meneteskan air mata.
"Bukan urusanmu..." Jawab Reyhan. Dan kemudian ia berlalu pergi meninggalkan diriku.
Kata katanya itu seperti menyadarkan diriku, bahwa kami bukan siapa siapa. Tidak ada hubungan resmi atau ikatan yang terjadi atau terjalin diantara kami berdua.
Hatiku semakin hancur mendengar hal itu, sekarang racun yang terdapat di pisau itu seperti sudah meracuni dan membunuhku sekarang.
Hatiku sakit meminta penjelasan. Namun apa yang ingin aku dapatkan tak terwujud. Aku masih bisa melihatnya meski sudah beberapa langkah ia pergi. Ku hapus air mataku dengan kedua tangan dan aku berteriak padanya.
"Kau tahu kak... Aku berharap ini tidak pernah terjadinya. Aku berharap tidak pernah bertemu ataupun kenal denganmu!!" Ucapku yang berteriak memaki dirinya.
Namun ia hanya menghentikan langkah kakinya tanpa berbalik mengahadapku, ia hanya bersuara seperti biasanya. "Maaf... Dan semoga tuhan mengabulkan doamu itu."
Kemudian ia melanjutkan langkah kakinya pergi meninggalkanku.
Setelah itu aku tidak pernah mau lagi mendengar kabar tentangnya. Ku putuskan untuk menghapus namanya dari ingatan dan hatiku. Namun rasa sakit dan perasaan hancur masih membekas di hati ini. Saat itulah Arifin ada dan menjadi sosok pahlawan yang dengan setia menghibur dan menjadi semangat baru di hidupku. Hubungan kami semakin dekat dan akrab lalu berpacaran hingga sekarang ini.
Namun untuk Reyhan, setelah kejadian peristiwa itu. Menjadi pertemuan terakhir diriku dengannya, sejak hari itu aku tidak pernah lagi mendengar atau melihatnya di setiap sudut kampus.
Bangku taman kesukaannya juga selalu kosong, dan bahkan ada gosip tersebar bahwa dia di Drop Out atau D.O dari kampus. Ada juga gosip yang mengatakan ia pindah ke Universitas lain.
Tentu saja semua hal itu aku ketahui dari Risti, si Ratu Penggosip.
Pernah aku iseng bertanya tentang kabarnya ke beberapa orang teman sekelas dan sahabatnya. Namun tidak ada yang tahu kabarnya atau dimana ia berada sekarang. Juga para Dosen yang aku tanyai saat itu seperti menyembunyikan sesuatu tentang dirinya.
Hingga kami bertemu kembali setelah beberapa waktu berlalu, atau lebih tepatnya setelah ia pindah dan menjadi tetangga sebelah rumahku.
TBC...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar