- PRICE OF LIFE -
karya : anasue
fb : ana sue
Sudah berminggu-minggu tubuh telanjangnya tergantung didalam kamar pengap, kotor dan minim penerangan, tubuh itu tampak 'sedikit' rusak, tak lagi mulus seperti sebelumnya. Bahkan untuk menarik nafas pun rasanya terlalu sulit baginya, mengingat kamar itu begitu penuh dengan bangkai-bangkai tikus yang beserakan membuat mual penciuman dan ulu hati. Tubuh itu begitu tak berdaya, sesekali terlihat ia berjuang untuk menarik nafas, "Eng .... " erangnya tertahan.
Pintu kamar terbuka, dua sosok laki-laki bertampang sangar terlihat memasuki ruangan. "Hari ini aku lelah. Tak ada salahnya kita bermain-main sedikit dengan 'boneka' kita," ujar salah seorang dari mereka.
Salah satunya menyalakan sebatang rokok, "Gadis kaya ini, sudah hampir satu bulan disini. Tapi, tebusan yang kita minta belum juga diberikan. Apa kita habisi saja sekalian?," tanya pria yang lebih pendek dari satunya.
"Sam, coba kau uji ketahanan tubuhnya. Apa dia masih kuat menahan serangan kita." Pria satunya ikut menyalakan sebatang rokok.
Pria yang bernama Sam, mengambil sebuah batang besi yang tersandar di dinding. Diangkatnya batang besi itu dan dilayangkan ketubuh lemah yang tak mampu lagi untuk melawan. Satu kali, dua kali, tiga kali, bertubi-tubi batang besi dihantam mengenai ulu hati gadis itu. "Uhuk .... Le-lepaskan a-aku ...." rintihnya. Dari tepi bibirnya, ia mengeluarkan darah segar yang cukup banyak.
"Ups ... Dia masih bisa bersuara. Don, pinjam pisaumu."
Pria yang bernama Don, mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku jaketnya. Diserahkan pisau itu pada Sam.
'CLIK ...'
Bunyi pisau itu terdengar nyaring ditelinga. "Dengar, jika sampai akhir bulan ini orangtuamu tidak mengirim tebusan yang kami inginkan. Maka aku akan memberikan hadiah untuk mereka, aku akan mengirimi sedikit demi sedikit bagian dari tubuhmu." Sam menyeringai seraya menatap tubuh gadis itu. Sam berjongkok, diraihnya jari-jari kaki sang gadis. "Bagaimana jika aku memotong satu persatu jari kakimu?," Sam bertanya dengan nada mengejek. Tanpa harus menunggu jawaban, ia mulai memotong kelingking kiri dari kaki gadis itu. Terasa agak susah, pisau itu tak begitu tajam, sehingga Sam harus sedikit memberi tekanan pada pisau itu.
"Aaaakkkhhhh!!!." Tubuh gadis itu bergetar hebat menahan sakit, membuat tubuhnya yang terikat dan tergantung berayun liar. Jari kelingking kakinya belum putus sepenuhnya, Sam mematahkannya dan menarik kelingking itu dengan kasar. "Sssshhh ...." gadis itu mendesis dalam kenikmatan rasa sakit yang tak bisa terucap dengan kata-kata.
"Lihat!." Diacungkannya kelingking tersebut dan diarahkan tepat diwajah sang gadis. Nafasnya semakin memburu, keringat bercucuran dengan deras, digigit bibirnya sendiri, berharap rasa sakit itu akan berkurang. Rupanya Sam belum puas, sekali lagi ia memotongi kembali beberapa jari kaki milik gadis itu, adegan demi adegan miris terulang dan terulang. Hingga akhirnya gadis itu tak lagi bersuara. "Apa dia sudah mati?," tanya Sam kepada Don.
"Belum. Dia hanya kelelahan. Kurasa, jika hanya jari kaki yang dikirim, tak akan membuat orangtuanya bahagia. Aku akan merekamnya dihandphone, dan kau yang melayaninya." Don mengeluarkan handphone miliknya dan mulai membidik kearah Sam dan sang gadis.
Sam terlihat bahagia, bak seorang aktor film horor, dia mulai melakukan aksinya kembali. Dia mengiris kedua daun telinga, hidung, bibir bahkan bagian vital di area dada gadis itu pun tak luput dari permainan pisau lipatnya. Kini gadis itu benar-benar tak mampu untuk berbuat apapun meski hanya sekedar mengerang atau mendesah mengeluarkan suara atas kenikmatan rasa sakitnya. "Selesai .... Besok kirim video itu kepada orangtuanya. Itulah yang harus mereka terima, atas keterlambatan yang sudah disepakati."
"Ayo keluar, biarkan gadis itu beristirahat. Dia butuh tenaga ekstra untuk adegan berikutnya." Sam beranjak meninggalkan ruangan tersebut.
"Tunggu! Rokokku belum dimatikan." Don mematikan puntung rokok yang masih menyala kearah kemaluan sang gadis. "Ayo. Tugas kita masih banyak."
Keduanya keluar dari dalam ruangan sembari tertawa, ditinggalkannya tubuh tak berdaya itu dalam keadaan yang lebih indah dari sebelumnya. Inikah yang harus dibayar untuk perawatan tubuh dan kenyamanan bagi gadis itu? Only God knows.
- TAMAT -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar