Karya : Ochie Minori Octana
https://www.facebook.com/ochie.octana?directed_target_id=0
-PENGHIANATAN-
"Lusi ... Aku mohon maafkan aku ... Aku khilaf ...", ratapan dari mulut Aline yang terikat di sebuah kursi.
"setelah apa yang kau lakukan dengan suamiku kau bilang sekarang kau
khilaf ... Hahaha ... Aku tak sebodoh itu perempuan jalan ...!", bisik
Lusi di telinga Aline.
Aline hanya bisa menangis, ia tak dapat
berbuat apa-apa lagi, setelah Lusi tak sengaja main ke rumahnya dan
melihat suaminya tidur di pelukan Aline tanpa sehelai benangpun.
Waktu itu Andi--suami Lusi masih sempat menahan Lusi dan mereka meminta
maaf karna telah menghianati Lusi, Lusi akhirnya memaafkan tindakan
keduanya.
Hari-hari berlalu, Lusi tak pernah mengungkit masalah
itu lagi dan kemaren dengan riangnya Ia datang ke rumah Aline untuk
mengajaknya berlibur ke vilanya yang ada di pinggir kota.
Tak
ada sedikitpun curiga Aline kepada Lusi, tapi ternyata semua itu jebakan
dan sekarang Aline hanya bisa pasrah karna untuk laripun ia tak bisa.
Pisau yang ada di tangan Lusi memantulkan cahaya di ruangan yang sangat
pengap dan bau, Aline mendesah dan bergumam ketakutan ketika Lusi mulai
mendekat.
Perlahan Lusi memegang jempol kaki Aline dan mulai memotongnya.
"kreeeeeek ... ", jempol kaki Aline nyaris putus.
"aaarrgggggg ... Ampuuuun ... Sakiiiitttt", teriak Aline menghiba.
Lusi tak mendengarkan ocehan Aline, dilanjutkannya ke jari-jari yang lain sampai tak bersisa.
Sesaat Lusi mendekatkan pisau itu ke mata Aline, Aline menutup mata dan menggeleng cemas.
"matamu itu terlalu indah Aline, dengan mata itu kau goda suamiku,
padahal kau sudah kuanggap adikku sendiri, lebih baik mata itu
kulepaskan saja ... Yaaaaa ... Hahaaa...", tawa Lusi sambil memegang
kepala Aline.
Sudut pisau itu mulai masuk ke dalam rongga mata
Aline sebelah kiri, Aline berteriak histeris karna sakit yang teramat
sangat. Ia meracau-racau tak karuan ketika bola matanya keluar dan
menggantung di pipinya, Lusi melanjutkan ke mata sebelah kanan dan
hasilnya terlihat indah ketika kedua bola mata itu menggantung di pipi
Aline.
"bunuh saja aku ... Sakiiiiitt ..." kembali terdengar suara Aline.
"itu terlalu mudah Aline, kau harus merasakan sakit sedikit demi sedikit ...", seringai Lusi dengan wajah bahagia.
Perlahan pisau itu mulai menyayat tubuh Aline, Aline hanya bisa menegang karna sakit yang dirasakan di seluruh tubuhnya.
"aaaaarrrrgggg ...!!!", teriak Aline ketika pisau dirasakan menancap ke dalam perutnya.
Lusi menancapkan pisau itu dan mengoyak perut Aline, semua isi perut Aline keluar, darah tak henti-hentinya keluar.
Aline mulai meregang, ia sadar kematian akan semakin mendekat,
kesempatan itu tak disia-siakan oleh Lusi, pisau yang tadi masih
mengoyak perut Aline ditancapkan ke lehernya tanpa ampun berkali-kali,
badan itu mulai meregang kencang dan bergetar sesaat setelah itu diam
tak lagi ada nafas kehidupan.
Lusi tersenyum,
dipotong-potongnya tubuh Aline dan dimasukannya ke dalam kotak, iapun
membersihkan ruangan itu dan pergi meninggalkan vilanya. Tepat di
pinggir jurang, ia berhenti dan membuang potongan tubuh Aline. Setelah
itu iapun pulang ke rumah karna Suaminya pun sudah menunggunya.
Ia pun tersenyum membayangkan siksaan yang akan dilakukan kepada suami yang telah menghianatinya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar