Halaman

Selasa, 12 November 2013

penghianatan

Karya : Ochie Minori Octana

https://www.facebook.com/ochie.octana?directed_target_id=0

-PENGHIANATAN-

"Lusi ... Aku mohon maafkan aku ... Aku khilaf ...", ratapan dari mulut Aline yang terikat di sebuah kursi.
"setelah apa yang kau lakukan dengan suamiku kau bilang sekarang kau khilaf ... Hahaha ... Aku tak sebodoh itu perempuan jalan ...!", bisik Lusi di telinga Aline.
Aline hanya bisa menangis, ia tak dapat berbuat apa-apa lagi, setelah Lusi tak sengaja main ke rumahnya dan melihat suaminya tidur di pelukan Aline tanpa sehelai benangpun.

Waktu itu Andi--suami Lusi masih sempat menahan Lusi dan mereka meminta maaf karna telah menghianati Lusi, Lusi akhirnya memaafkan tindakan keduanya.

Hari-hari berlalu, Lusi tak pernah mengungkit masalah itu lagi dan kemaren dengan riangnya Ia datang ke rumah Aline untuk mengajaknya berlibur ke vilanya yang ada di pinggir kota.

Tak ada sedikitpun curiga Aline kepada Lusi, tapi ternyata semua itu jebakan dan sekarang Aline hanya bisa pasrah karna untuk laripun ia tak bisa.

Pisau yang ada di tangan Lusi memantulkan cahaya di ruangan yang sangat pengap dan bau, Aline mendesah dan bergumam ketakutan ketika Lusi mulai mendekat.

Perlahan Lusi memegang jempol kaki Aline dan mulai memotongnya.
"kreeeeeek ... ", jempol kaki Aline nyaris putus.
"aaarrgggggg ... Ampuuuun ... Sakiiiitttt", teriak Aline menghiba.

Lusi tak mendengarkan ocehan Aline, dilanjutkannya ke jari-jari yang lain sampai tak bersisa.

Sesaat Lusi mendekatkan pisau itu ke mata Aline, Aline menutup mata dan menggeleng cemas.

"matamu itu terlalu indah Aline, dengan mata itu kau goda suamiku, padahal kau sudah kuanggap adikku sendiri, lebih baik mata itu kulepaskan saja ... Yaaaaa ... Hahaaa...", tawa Lusi sambil memegang kepala Aline.

Sudut pisau itu mulai masuk ke dalam rongga mata Aline sebelah kiri, Aline berteriak histeris karna sakit yang teramat sangat. Ia meracau-racau tak karuan ketika bola matanya keluar dan menggantung di pipinya, Lusi melanjutkan ke mata sebelah kanan dan hasilnya terlihat indah ketika kedua bola mata itu menggantung di pipi Aline.

"bunuh saja aku ... Sakiiiiitt ..." kembali terdengar suara Aline.
"itu terlalu mudah Aline, kau harus merasakan sakit sedikit demi sedikit ...", seringai Lusi dengan wajah bahagia.

Perlahan pisau itu mulai menyayat tubuh Aline, Aline hanya bisa menegang karna sakit yang dirasakan di seluruh tubuhnya.

"aaaaarrrrgggg ...!!!", teriak Aline ketika pisau dirasakan menancap ke dalam perutnya.

Lusi menancapkan pisau itu dan mengoyak perut Aline, semua isi perut Aline keluar, darah tak henti-hentinya keluar.

Aline mulai meregang, ia sadar kematian akan semakin mendekat, kesempatan itu tak disia-siakan oleh Lusi, pisau yang tadi masih mengoyak perut Aline ditancapkan ke lehernya tanpa ampun berkali-kali, badan itu mulai meregang kencang dan bergetar sesaat setelah itu diam tak lagi ada nafas kehidupan.

Lusi tersenyum, dipotong-potongnya tubuh Aline dan dimasukannya ke dalam kotak, iapun membersihkan ruangan itu dan pergi meninggalkan vilanya. Tepat di pinggir jurang, ia berhenti dan membuang potongan tubuh Aline. Setelah itu iapun pulang ke rumah karna Suaminya pun sudah menunggunya.

Ia pun tersenyum membayangkan siksaan yang akan dilakukan kepada suami yang telah menghianatinya.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar