Jumat, 08 November 2013
lift dunia lain
Lift dunia lain
karya : Syifa Nadhya dan Ochie Minori Octana
fb : Syifa Nadhya
fb : Ochie Minori Octana
Matahari bersinar dengan teriknya, kilas silaunya membuat Alice harus menyingkapkan kacamata hitamnya. Ia melirik Jessie teman sekelasnya yang tengah sibuk mengipasi tubuhnya dengan kertas nota belanja. Kaos hitam tipis yang dikenakannya pum tambah basah oleh peluh yang tak henti mengucur.
"Jika begini, lebih baik aku pulang!", keluh Jessie sembari memainkan kertas ditangannya.
"Bukankah kau yang mengajak belanja bersama?" ujar Alice.
Jessie merengut sebal, ia melangkah cepat menuju pintu masuk mall. Udara dingin langsung menyergap mereka berdua.
Jessie melangkah menuju pintu lift yang terletak di sudut lantai pertama, sementara Alice hanya mengekor dibelakangnya.
"Lift sedang diperbaiki, silahkan menggunakan eskalator." Desis Alice membaca tulisan pada kertas pemberitahuan yang ditempel di pintu lift.
Jessie menolehkan kepalanya ke segala arah, "Di mana eskalatornya?"
"Mungkin jauh di ujung sana" jawab Alice sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah barat.
"Apa mereka gila? Semenjak tadi aku sudah jalan kaki segitu jauhnya, rasanya aku sudah tak sanggup lagi!" keluh Jessie.
Alice terkekeh geli, "Mungkin kita bisa mencari lift lain yang tak jauh dari sini."
"Itu! Lift itu" seru Jessie kegirangan. Lalu ia menggamit tangan Alice untuk menuju lift yang dimaksud.
Alice mengernyitkan keningnya, "Sejak kapan ada lift di sini? Aku baru melihatnya kali ini."
Jessie mengangkat bahu, sesaat kemudian pintu lift terbuka. Lift itu tampak tua, sungguh terlihat kuno jika mengingat bahwa mall yang mereka kunjungi adalah mall besat di pusat kota. Jessie melirik Alice sejenak, sepertinya ia berpikiran sama, lift itu memang kuno.
Dengan ragu-ragu Jessie memencet tombol angka '13' dan lift pun bergerak naik perlahan.
25 detik ..., 26 detik ..., 27 detik..., namun lift tak kunjung sampai ke lantai yang dituju. Alice mulai ketakutan, sementara Jessie hanya bersandar pada sudut lift, tampak raut panik di wajahnya.
Ting!
Bau amis langsung menyeruak hidung mereka begitu pintu lift terbuka.
Alice dan Jessie saling berpandangan, lalu melangkah keluar lift dengan ragu-ragu.
Alice mengangkat sebelah kakinya. Ia baru menyadari bahwa tempatnya menapak kaki itu adalah tanah, bukan lagi lantai.
Ia melirik Jessie.
Jessie sudah tidak ada di tempatnya semula.
"Jessie...! Kau di mana?" serunya.
Alice mendesis tertahan ketika seseorang menariknya ke balik bebatuan.
"Jessie, apa yang kau....,"
Jessie segera membekap mulut Alice dengan tangan kirinya, sementara telunjuk kanannya mengisyaratkan untuk diam.
Sluurp!
Alice menoleh.
Ia nyaris muntah melihat pemandangan di depannya.
Sesosok mahluk menyantap sesuatu yang tak lain adalah kepala manusia.
Krek!
Dengan kedua tangannya, ia berhasil membelah kepala tersebut.
Darah mengucur membasahi rambut kepala tersebut. Matanya sudah tak lagi berbentuk, nyaris mencuat ke luar. Dengan kedua tangannya, mahluk tersebut merogoh ke bagian dalam kepala tersebut, lalu menariknya keluar. OTAK MANUSIA.
Mahluk itu mengendus otak tersebut, lalu mengunyahnya.
Mahluk itu menyadari kehadiran Alice dan Jessie.
Matanya nyaris lepas, tubuhnya terlihat hancur, sebelah sisi wajahnya hanya menyisakan sedikit daging.
Seperti zombie.
Zombie dunia modern.
Ternyata zombie itu tak sendirian, teman-temannya pun tak kalah seramnya dan mendekati Alice lalu menangkapnya, Jessie yang sudah tak berdaya pun menjadi incaran mereka, ia diseret dan diikat tak jauh dari situ.
"Aaarrgghh ...", Zombie itu menyayat tubuh Jessie dengan pisau, Jessie mengejang, perih yang terasa di seluruh tubuhnya, airmata mengucur deras, darah pun mengucur deras. Satu persatu tangan dan kakinya ditarik, zombie-zombie itu memakannya dengan rakus.
"Bunuh saja aku!!" teriak Jessie pilu. Teriakannya terhenti saat tangan zombie itu mencengkram lehernya dan mematahkannya, Jessie melotot menahan sakit, badannya bergetar dan ia pun mati.
Alice yang melihat kejadian itu tak bisa berkata apa-apa lagi, ia menangis melihat Jessie menjadi santapan para zombie.
Ketika para zombie itu sedang memakan tubuh Jessie, Alice tak memanfaatkan kesempatan ini.
Alice berusaha memberontak dan ia berhasil melepaskan diri dari pegangan zombie lainnya. Alice pun berlari walaupun tak tau arah yang dituju, zombie-zombie itu mulai mengejar dengan langkah gontai.
Alice terus berlari dan akhirnya terperangkap di sebuah ruangan yang terdapat banyak cermin dan darah yang menempel di dinding dan lantainya. zombie-zombie itu semakin mendekat. Pasrah akan keadaan Alice pun memecahkan cermin yang ada disekitarnya.
"Daripada aku menjadi mangsa kalian, lebih baik aku mati!", teriaknya sembari mengambil pecahan cermin.
"Aarrghh ...", cermin itu dihujamkan berkali-kali ke perut dan dada Alice, wajahnya menyeringai menahan sakit. Ia pun terjatuh mengejang, sesaat masih dilihatnya para zombie itu mendekat dan semuanya gelap.
TAMAT~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar