Halaman

Rabu, 11 Desember 2013

MIRROR

MIRROR
Terima kasih masih standby di mirror

part 5

“Bagaimana ini nin?” tanya rini yang ketakutan setengah mati. Dan pintu rumah jeng lestari pun tak bisa dibuka, rini dan nina yang ketakutan setengah mati. Apalagi setelah mendengar suara tawa menyeramkan nenek itu.
“Waaaah!” suara kaget keduanya saat melihat nenek itu ada di depannya. Nenek itu berdiri tepat di hadapan rini dan nina, mereka berdua pun berniat untuk lari. Tapi apa yang terjadi, tubuh mereka berdua tak dapat digerakkan. Bahkan kaki mereka kaku seperti batu. Sekarang nenek itu berjalan ke arah mereka dengan seringai jahatnya, tak berapa lama nenek itu tertawa dan membuat nina dan rini semakin ketakutan.
Rini dan nina pun lebih memilih menutup mata mereka saat nenek itu sudah ada tepat di hadapan mereka. Nina menelan air liurnya saat ada yang menggerayangi tubuhnya, dia tak berani membuka matanya sedikitpun, sampai dia merasakan ada sebuah cairan yang membasahi wajahnya yang berbau anyir.
“Aaaahhhhh,” teriak nina saat dia mencoba membuka matanya. tapi apa yang terjadi, dia tak melihat nenek itu lagi. Dia juga tak melihat rini sahabatnya itu, dan saat dia berbalik dia melihat rini jatuh pingsan. Dia pun memutuskan membawa rini ke rumah sakit secepatnya. Tapi saat dia hendakmembawa rini keluar dari rumah itu, tiba tiba dia merasakan ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Tapi saat ia mencoba menengok kebelakang, ia tak melihat siapapun di belakangnya. Nina pun secepatnya membopong rini untuk dia masukkan ke dalam mobilnya lalu di bawa ke rumah sakit.


************************************************


setibanya di rumah sakit, nina bertanya kepada dokter yang memeriksa rini tentang kondisinya. Dokter itu hanya menerangkan bahwa rini baik baik saja, dia hanya syok tentang apa yang baru saja dia alami. Dokter itupun sempat berpesan agar nina jangan mengungkit ungkit tentang masalah atau kejadian yang baru mereka alami. Nina pun mengerti akan hal itu.

Nina yang menunggu rini di dalam kamarnya tiba tiba dikagetkan dengan suara rini yang berteriak histeris dan tidak karuan. Nina yang panik mencoba akan hal itu mencoba menenangkan rini, tapi hal itu sia sia. Kemudian dia pun memanggil suster, tapi sepertinya tak ada suster yang mendengar suaranya, nina pun berlari keluar untuk mencari suster. Dan beruntung sekali saat dia baru keluar dari ruangan itu tiba tiba sudah ada suster yang berdiri di hadapannya. Nina menceritakan kondisi sahabatnya itu. Suster itu masuk ke ruangan rini, tapi ia tak mendapatkan pasien itu histeris atau teriak teriak, ia melihat pasien itu baik baik saja, bahkan pasien itu tidur dengan lelapnya. Nina yang berdiri debelakng suster itu pun juga heran, dia mencoba mendekati rini dan menyentuh wajahnya. Dan benar saja, dia mendapati rini tidur lelap. Dan saat nina hendak bertanya pada suster itu, suster itu sudah hilang saat dia berbalik. Nina pun sempat heran, takut dan khawatir. Dia memutuskan untuk berlari keluar mencari suster itu, tapi ia tak mendapati seseorang ada disana.



“Aaaahhh,” suara kaget nina saat melihat rini ada dihapannya. Berdiri bagaikan orang sehat, nina pun sedikit bingung dengan hal itu. Tapi dia tak menghiraukan hal itu, dia menggandeng tangan rini dan menyuruhnya berbaring lagi di tempat tidur. Tapi keanehan terjadi, saat dia memegang tangan rini dia merasakan tangan sahabatnya itu dingin sekali seperti es, dan saat dia mencoba melihatnya dia terkejut dan ketakutan dengan apa yang dilihatnya.
Dia melihat tangan yang dia pegang bukanlah tangan rini dan yang ada di hadapannya bukanlah rini, melainkan nenek itu yang sekarang menyeringai ke arahnya. Nenek itu pun mencekik nina dengan tangan keriputnya, nina mencoba melepaskan tangan itu dari lehernya, tapi cengkeraman tangan nenek itu terlalu kuat baginya. Nina yang tak bisa berbuat apa apa melihat wajah nenek itu, yang masih menyeringai ke arahnya dengan mulut yang mengeluarkan darah sampai membasahi lantai ruangan itu. Tiba tiba nenek itu melemparkan nina dengan kuatnya ke arah bangku di ruangan itu, nina yang sekarang tergeletak lemah tak berdaya mencoba untuk pergi, tapi tiba tiba dia melihat kakinya sudah putus dan tak ada. Yang dia lihat hanyalah lututnya yang mengeluarkan darah. Nenek itu tiba tiba sudah ada dihadapan nina, dia mencoba mencekik nina kembali.
“Aaaaaaaaaaa!” suara nina saat terbangun dari tidurnya. Dia melihat sekekliling ruangan itu ternyata semua hanya mimpi, tapi dia masih merasa bahwa mimpinya itu adalah nyata. Sebelum sebuah cairan yang jatuh dari atas membasahi keningnya. Dan saat ia melihat ke atas, dia melihat nenek itu menempel di langit langit ruangan itu. Dan scara mendadak nenek itu jatuh tepat ke arahnya. Nina berteriak sangat keras sampai ia kembali bangun dari tidurnya lagi. Dan saat dia bangun dia merasakan bahwa itu mimpi yang aneh, sampai ia mendapati rini tak ada di tempat tidurnya ataupun di ruangan itu.
Nina pun mencari rini ke seluruh ruangan dan tempat di rumah sakit itu, dia pun mendapati tak ada seseorang pun disana, entah itu dokter, suster atau siapapun. Nina pun berteriak memanggil orang orang, tapi sama sekali tak ada orang yang datang ke arahnya, bahkan tak ada orang sama sekali. Sampai ia merasakan kepalanya pusing, dan seperti ruangan itu berputar dengan sendirinya, dari lambat, cepat, sangat cepat, hingga semuanya menjadi gelap gulita.

*******************************

“Nin bangun?” ujar rini yang membangunkan dirinya. Nina pun terbangun tapi dia sedikit panik tentang apa yang baru saja ia alami, ia mencoba menceritakan hal itu kepada rini. Rini pun hanya bisa menenagkan nina.
“Ada yang bisa saya bantu?”, tanya seorang dokter yang memasuki ruangan itu dan menghentikan cerita mereka berdua. Rini pun mendatangi dokter yang masih berdiri di depan pintu. Dan saat rini berbicara dengan dokter itu di depan pintu, nina yang masih ketakutan akan kondisi yang baru saja ia alami. Mendadak ada sepasang tangan yang membekap mulutnya dari belakang, nina pun mencoba melepaskannya, tapi tangan itu terlalu kuat. Dan saat dia melirik kebelakang dia melihat nenek itu tersenyum kearahnya, nina mau berdiri tapi tiba tiba tubuhnya sangat berat untuk di gerakkan, dia pun berusaha meminta tolong, tapi karena tangan itu membekapnya ia tak bisa bersuara. Sampai ia merasakan tubuhnya lemas karena kehabisan udara.


“Waahhh!” suara nina saat dia bisa bernafas kembali. Dan saat dia melihat kebelakang dia tak melihat nenek itu lagi. Rini yang melihat keanehan pada diri nina pun langsung menghampirinya, dia bertanya kepada nina apa yang baru saja terjadi. Tapi nina menyembunyikan hal itu, dia tak menceritakan hal itu kepada rini. Rini pun berkata kepada nina bahwa dokter sudah memperbolehkannya pulang malam ini. Dan pada sore it pun nina dan rini sudah kembali pulang ke kediaman nina.

Nina dan rini yang beberapa hari sudah tidak pulang kembali menginjak rumahnya itu, tapi saat itu dia merasakan sesuatu hal yang menakutkan di rumahnya. Nina pun menyuruh rini untuk istirahat di kamarnya, sementara dia mau membasuh tubuhnya dulu. Dan saat sedang asyik asyiknya dia mandi, tiba tiba secara mendadak showernya mati, nina pun sempat panik, sampai beberapa saat shower itu hidup kembali. Dan saat itu dia tak menyadari bahwaair yang keluar dari shower itu sudah berubah warna. Nina baru menyadari saat ia melihat tubuhnya yang terbasuh air berwarna merah. Nina pun panik dan saat itu dia mendengar rintihan kecil di belakangnya. Ia pun langsung menengok ke belakang tapi tak ada siapapun disana.
“Pluuk,” seseorang menyentuh bahunya dari belakang. Nina tak berani melihat ke belakang, ia tahu siapa yang ada di belakangnya karena dia merasakan tangan itu sangat dingin serta kasar. Nina menelan ludahnya kembali sesaat sebelum melihat ke belakang, tapi hal itu malah membuatnya semakin takut atau malah penasaran. Seraca mendadak dia berbalik kebelakang, tapi ia tak mendapati ada nenek itu di belakangnya. Sampai sebuah darah menetes dari atas dan mengenai pundaknya. Secara reflek dia melihat ke atas, dan ketakutannya pun terjadi, dia melihat nenek itu sedang menempel di atas kamar mandinya sambil menyeringai ke arahnya. Nina yang ketakutan langsung berteriak dan berlari ke ruang tamu, dan ia mendapati rini ada di sana, dia pun secara spontan langsung memeluk tubuhnya.
“Ada apa nin?” tanya rini yang mendapati sahabatnya itu memeluknya. Nina pun bercerita kepada rini dengan masih memeluknya. Keanehan muncul saat ia memeluk sahabatnya itu. Dia merasakan tubuh rini sangat dingin, dan saat ia melihat kaki rini, ia melihat banyak sekali darah di lantai. Ia pun menatap wajah rini, nina sangat terkejut melihat wajah rini. Karena yang dia peluk dan ada di hadapannya ternyata bukan rini melainkan nenek itu, nina pun berteriak dan berlari ke kamarnya. Rini yang mendengar teriakan nina langsung mencarinya.
Rini kaget setengah mati melihat nina sudah ada di hadapannya.
“Kenapa?” tanya rini. Tapi nina tak menjawab pertanyaannya, sampai secara tiba tiba wajah nina serta mulutnya mengeluarkan darah. Rini yang panik dan ketakutan melihat hal itu langsung mundur beberapa langkah dari hadapan nina. Rini semakin panik saat wajah nina berubah menkjadi wajah nenek itu, dan sekarang sedang menyeringai ke arahnya.
“Akkk,” suara rini saat nenek itu mencekiknya dengan tangan dan kuku yang panjang. Rini berusaha melawan, tapi kekuatannya tak seberapa dibandingkan kekuatan nenek itu. Hampir mati sebelum semua kenangannya bersama nina muncul kembali. Ia tiba tiba jatuh dengan ke lantai, ia pun tak mendapati nenek itu lagi. Dan saat ia melihat ke cermin ia sangat ketutan karena melihat wajahnya yang sudah berubah menjadi wajah nenek itu. Rini berteriak sekencang kencangnya, sampai ia terbangun dari mimpi buruknya itu.
Ia bernafas secara terengah engah bila mengingat mimpinya itu, apalagi mimpi seperti nyata. Dia pun memutuskan mencari nina karena dia tak melihat nina ada di sampingnya. Dan dia menemukan nina sedang duduk di halaman rumahnya, ia pun memeutuskan menyentuh bahu nina dari belakang sampai ada suara yang memanggilnya dari belakang.


“Kamu sudah bangun rin?” tanya seseorang yang ada di belakangnya. Rini pun berbalik ke belakang ke arah suara itu, dan ia terkejut kalau itu nina. Ia pun melihat kembali orang yang tadi di hadapannya. Dan ia semakin terkejut karena tak melihat siapapun. Nina kembali melihat bertanya kepada rini, setelah melihat kondisi rini yang aneh. Rini pun memeilih diam tak menjawab itu. Dia memilih pergi ke meja makan untuk sarapan di pagi itu. Akhirnya mereka berdua sarapan, mereka pun sepakat untuk tidak masuk sekolah hari itu.

“Aaaaahhhhhhhh!” sebuah teriakan yang mengagetkan mereka berdua.
“Kau dengar itu tidak?”, tanya nina.
“Iya,” jawab rini dengan tertegun.
“Suara teriakan siapa itu, bukankah disini hanya ada kita berdua!” ucap nina dengan mimik wajah seperti orang mati.
“Nin sebaiknya kita pergi,” usul rini yang merasa tidak nyaman di rumahnya.
“Ku pikir saranmu ada betulnya juga,” ujar nina yang merasakan apa yang di rasakan sahabatnya itu.
Mereka berdua pun akan melangkah pergi dari rumah nina, sampai nina mendengar suara ibunya memanggilnya dari kamar atas. Nina pun langsung berlari ke kamar atas dengan secepat kilat. Tapi di kamar itu ia tak mendapati siapapun disana, juga ibunya. Sementara rini yang menunggu nina di dalam mobil tiba tiba melihat seseorang misterius yang mengamatinya dari sisi jalan, orang itu memakai pakaian serba hitam, terlebih lagi orang itu menatap ke arahnya secara terus menerus. Rini yang merasakan keanehan di orang itu memalingkan mukanya ke arah lain, tapi saat dia mencoba kembali melihat sesosok itu, dia sudah tak ada disana.
“Ayo kita pergi,” ucap nina yang keluar dari rumahnya.
“Oke,” jawab rini yang menyalakan mesin mobilnya.

Mereka berdua sepakat untuk menginap di hotel untuk beberapa hari, mereka pun harus mencari KI Arjo Sepi besok pagi. Dan di tengah perjalanan rini sempat melihat sesosok misterius yang dia lihat tadi pagi di rumah nina, rini pun langsung memberhentikan mobilnya secara mendadak, hal ini membuat nina kaget.
“Ada apa sih rin?” tanya nina kaget.
“Kau lihat orang itu tidak!” jawab rini yang turun dari mobil dan mencari sosok itu.
“Siapa?” sahut nina yang masih bingung. Nina pun turun dari mobil dan menghampiri rini.
“Tak apalah, lupakan,” ujar rini yang masuk kedalam mobil dan menyuruh nina segera masuk, apalagi di jalan raya itu sangat sepi, bahkan tak ada mobil atau kendaraan yang berlalu lalang seperti biasanya. Rini pun sempat merasa cemas akan hal itu, apalagi dalam situasi seperti ini, situasi dimana mereka dilanda teror dan ketakutan yang luar biasa.
Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah hotel yang cukup ternama di kota itu. Tapi mereka merasakan suatu keanehan di hotel itu, nina dan rini tak mau ambil pusing tentang apa yang sedang bergejolak di pikiran mereka. Mereka pun istirahat malam ini.

“tolong mama nak?” ucap seseorang yang memanggilnya. Ia pun bangun mencari asal suara itu, tapi ia tak menemukan siapapun di kamarnya. Nina pun mencoba mencari keluar kamar, sekarang dia melihat ibunya berjalan turun ke lift, nina pun berteriak memanggil ibunya.

“ma, mama?” teriak nina yang memanggil ibunya sebelum pergi lebih jauh.


Dan bersambung...?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar