MIRROR
Terima kasih masih
standby di mirror
part 5
“Bagaimana
ini nin?” tanya rini yang ketakutan setengah mati. Dan pintu rumah
jeng lestari pun tak bisa dibuka, rini dan nina yang ketakutan
setengah mati. Apalagi setelah mendengar suara tawa menyeramkan nenek
itu.
“Waaaah!”
suara kaget keduanya saat melihat nenek itu ada di depannya. Nenek
itu berdiri tepat di hadapan rini dan nina, mereka berdua pun berniat
untuk lari. Tapi apa yang terjadi, tubuh mereka berdua tak dapat
digerakkan. Bahkan kaki mereka kaku seperti batu. Sekarang nenek itu
berjalan ke arah mereka dengan seringai jahatnya, tak berapa lama
nenek itu tertawa dan membuat nina dan rini semakin ketakutan.
Rini dan
nina pun lebih memilih menutup mata mereka saat nenek itu sudah ada
tepat di hadapan mereka. Nina menelan air liurnya saat ada yang
menggerayangi tubuhnya, dia tak berani membuka matanya sedikitpun,
sampai dia merasakan ada sebuah cairan yang membasahi wajahnya yang
berbau anyir.
“Aaaahhhhh,”
teriak nina saat dia mencoba membuka matanya. tapi apa yang terjadi,
dia tak melihat nenek itu lagi. Dia juga tak melihat rini sahabatnya
itu, dan saat dia berbalik dia melihat rini jatuh pingsan. Dia pun
memutuskan membawa rini ke rumah sakit secepatnya. Tapi saat dia
hendakmembawa rini keluar dari rumah itu, tiba tiba dia merasakan ada
seseorang yang berdiri di belakangnya. Tapi saat ia mencoba menengok
kebelakang, ia tak melihat siapapun di belakangnya. Nina pun
secepatnya membopong rini untuk dia masukkan ke dalam mobilnya lalu
di bawa ke rumah sakit.
************************************************
setibanya
di rumah sakit, nina bertanya kepada dokter yang memeriksa rini
tentang kondisinya. Dokter itu hanya menerangkan bahwa rini baik baik
saja, dia hanya syok tentang apa yang baru saja dia alami. Dokter
itupun sempat berpesan agar nina jangan mengungkit ungkit tentang
masalah atau kejadian yang baru mereka alami. Nina pun mengerti akan
hal itu.
Nina yang
menunggu rini di dalam kamarnya tiba tiba dikagetkan dengan suara
rini yang berteriak histeris dan tidak karuan. Nina yang panik
mencoba akan hal itu mencoba menenangkan rini, tapi hal itu sia sia.
Kemudian dia pun memanggil suster, tapi sepertinya tak ada suster
yang mendengar suaranya, nina pun berlari keluar untuk mencari
suster. Dan beruntung sekali saat dia baru keluar dari ruangan itu
tiba tiba sudah ada suster yang berdiri di hadapannya. Nina
menceritakan kondisi sahabatnya itu. Suster itu masuk ke ruangan
rini, tapi ia tak mendapatkan pasien itu histeris atau teriak teriak,
ia melihat pasien itu baik baik saja, bahkan pasien itu tidur dengan
lelapnya. Nina yang berdiri debelakng suster itu pun juga heran, dia
mencoba mendekati rini dan menyentuh wajahnya. Dan benar saja, dia
mendapati rini tidur lelap. Dan saat nina hendak bertanya pada suster
itu, suster itu sudah hilang saat dia berbalik. Nina pun sempat
heran, takut dan khawatir. Dia memutuskan untuk berlari keluar
mencari suster itu, tapi ia tak mendapati seseorang ada disana.
“Aaaahhh,”
suara kaget nina saat melihat rini ada dihapannya. Berdiri bagaikan
orang sehat, nina pun sedikit bingung dengan hal itu. Tapi dia tak
menghiraukan hal itu, dia menggandeng tangan rini dan menyuruhnya
berbaring lagi di tempat tidur. Tapi keanehan terjadi, saat dia
memegang tangan rini dia merasakan tangan sahabatnya itu dingin
sekali seperti es, dan saat dia mencoba melihatnya dia terkejut dan
ketakutan dengan apa yang dilihatnya.
Dia
melihat tangan yang dia pegang bukanlah tangan rini dan yang ada di
hadapannya bukanlah rini, melainkan nenek itu yang sekarang
menyeringai ke arahnya. Nenek itu pun mencekik nina dengan tangan
keriputnya, nina mencoba melepaskan tangan itu dari lehernya, tapi
cengkeraman tangan nenek itu terlalu kuat baginya. Nina yang tak bisa
berbuat apa apa melihat wajah nenek itu, yang masih menyeringai ke
arahnya dengan mulut yang mengeluarkan darah sampai membasahi lantai
ruangan itu. Tiba tiba nenek itu melemparkan nina dengan kuatnya ke
arah bangku di ruangan itu, nina yang sekarang tergeletak lemah tak
berdaya mencoba untuk pergi, tapi tiba tiba dia melihat kakinya sudah
putus dan tak ada. Yang dia lihat hanyalah lututnya yang mengeluarkan
darah. Nenek itu tiba tiba sudah ada dihadapan nina, dia mencoba
mencekik nina kembali.
“Aaaaaaaaaaa!”
suara nina saat terbangun dari tidurnya. Dia melihat sekekliling
ruangan itu ternyata semua hanya mimpi, tapi dia masih merasa bahwa
mimpinya itu adalah nyata. Sebelum sebuah cairan yang jatuh dari atas
membasahi keningnya. Dan saat ia melihat ke atas, dia melihat nenek
itu menempel di langit langit ruangan itu. Dan scara mendadak nenek
itu jatuh tepat ke arahnya. Nina berteriak sangat keras sampai ia
kembali bangun dari tidurnya lagi. Dan saat dia bangun dia merasakan
bahwa itu mimpi yang aneh, sampai ia mendapati rini tak ada di tempat
tidurnya ataupun di ruangan itu.
Nina pun
mencari rini ke seluruh ruangan dan tempat di rumah sakit itu, dia
pun mendapati tak ada seseorang pun disana, entah itu dokter, suster
atau siapapun. Nina pun berteriak memanggil orang orang, tapi sama
sekali tak ada orang yang datang ke arahnya, bahkan tak ada orang
sama sekali. Sampai ia merasakan kepalanya pusing, dan seperti
ruangan itu berputar dengan sendirinya, dari lambat, cepat, sangat
cepat, hingga semuanya menjadi gelap gulita.
*******************************
“Nin
bangun?” ujar rini yang membangunkan dirinya. Nina pun terbangun
tapi dia sedikit panik tentang apa yang baru saja ia alami, ia
mencoba menceritakan hal itu kepada rini. Rini pun hanya bisa
menenagkan nina.
“Ada
yang bisa saya bantu?”, tanya seorang dokter yang memasuki ruangan
itu dan menghentikan cerita mereka berdua. Rini pun mendatangi dokter
yang masih berdiri di depan pintu. Dan saat rini berbicara dengan
dokter itu di depan pintu, nina yang masih ketakutan akan kondisi
yang baru saja ia alami. Mendadak ada sepasang tangan yang membekap
mulutnya dari belakang, nina pun mencoba melepaskannya, tapi tangan
itu terlalu kuat. Dan saat dia melirik kebelakang dia melihat nenek
itu tersenyum kearahnya, nina mau berdiri tapi tiba tiba tubuhnya
sangat berat untuk di gerakkan, dia pun berusaha meminta tolong, tapi
karena tangan itu membekapnya ia tak bisa bersuara. Sampai ia
merasakan tubuhnya lemas karena kehabisan udara.
“Waahhh!”
suara nina saat dia bisa bernafas kembali. Dan saat dia melihat
kebelakang dia tak melihat nenek itu lagi. Rini yang melihat keanehan
pada diri nina pun langsung menghampirinya, dia bertanya kepada nina
apa yang baru saja terjadi. Tapi nina menyembunyikan hal itu, dia tak
menceritakan hal itu kepada rini. Rini pun berkata kepada nina bahwa
dokter sudah memperbolehkannya pulang malam ini. Dan pada sore it pun
nina dan rini sudah kembali pulang ke kediaman nina.
Nina dan
rini yang beberapa hari sudah tidak pulang kembali menginjak rumahnya
itu, tapi saat itu dia merasakan sesuatu hal yang menakutkan di
rumahnya. Nina pun menyuruh rini untuk istirahat di kamarnya,
sementara dia mau membasuh tubuhnya dulu. Dan saat sedang asyik
asyiknya dia mandi, tiba tiba secara mendadak showernya mati, nina
pun sempat panik, sampai beberapa saat shower itu hidup kembali. Dan
saat itu dia tak menyadari bahwaair yang keluar dari shower itu sudah
berubah warna. Nina baru menyadari saat ia melihat tubuhnya yang
terbasuh air berwarna merah. Nina pun panik dan saat itu dia
mendengar rintihan kecil di belakangnya. Ia pun langsung menengok ke
belakang tapi tak ada siapapun disana.
“Pluuk,”
seseorang menyentuh bahunya dari belakang. Nina tak berani melihat ke
belakang, ia tahu siapa yang ada di belakangnya karena dia merasakan
tangan itu sangat dingin serta kasar. Nina menelan ludahnya kembali
sesaat sebelum melihat ke belakang, tapi hal itu malah membuatnya
semakin takut atau malah penasaran. Seraca mendadak dia berbalik
kebelakang, tapi ia tak mendapati ada nenek itu di belakangnya.
Sampai sebuah darah menetes dari atas dan mengenai pundaknya. Secara
reflek dia melihat ke atas, dan ketakutannya pun terjadi, dia melihat
nenek itu sedang menempel di atas kamar mandinya sambil menyeringai
ke arahnya. Nina yang ketakutan langsung berteriak dan berlari ke
ruang tamu, dan ia mendapati rini ada di sana, dia pun secara spontan
langsung memeluk tubuhnya.
“Ada apa
nin?” tanya rini yang mendapati sahabatnya itu memeluknya. Nina pun
bercerita kepada rini dengan masih memeluknya. Keanehan muncul saat
ia memeluk sahabatnya itu. Dia merasakan tubuh rini sangat dingin,
dan saat ia melihat kaki rini, ia melihat banyak sekali darah di
lantai. Ia pun menatap wajah rini, nina sangat terkejut melihat wajah
rini. Karena yang dia peluk dan ada di hadapannya ternyata bukan rini
melainkan nenek itu, nina pun berteriak dan berlari ke kamarnya. Rini
yang mendengar teriakan nina langsung mencarinya.
Rini kaget
setengah mati melihat nina sudah ada di hadapannya.
“Kenapa?”
tanya rini. Tapi nina tak menjawab pertanyaannya, sampai secara tiba
tiba wajah nina serta mulutnya mengeluarkan darah. Rini yang panik
dan ketakutan melihat hal itu langsung mundur beberapa langkah dari
hadapan nina. Rini semakin panik saat wajah nina berubah menkjadi
wajah nenek itu, dan sekarang sedang menyeringai ke arahnya.
“Akkk,”
suara rini saat nenek itu mencekiknya dengan tangan dan kuku yang
panjang. Rini berusaha melawan, tapi kekuatannya tak seberapa
dibandingkan kekuatan nenek itu. Hampir mati sebelum semua
kenangannya bersama nina muncul kembali. Ia tiba tiba jatuh dengan ke
lantai, ia pun tak mendapati nenek itu lagi. Dan saat ia melihat ke
cermin ia sangat ketutan karena melihat wajahnya yang sudah berubah
menjadi wajah nenek itu. Rini berteriak sekencang kencangnya, sampai
ia terbangun dari mimpi buruknya itu.
Ia
bernafas secara terengah engah bila mengingat mimpinya itu, apalagi
mimpi seperti nyata. Dia pun memutuskan mencari nina karena dia tak
melihat nina ada di sampingnya. Dan dia menemukan nina sedang duduk
di halaman rumahnya, ia pun memeutuskan menyentuh bahu nina dari
belakang sampai ada suara yang memanggilnya dari belakang.
“Kamu
sudah bangun rin?” tanya seseorang yang ada di belakangnya. Rini
pun berbalik ke belakang ke arah suara itu, dan ia terkejut kalau itu
nina. Ia pun melihat kembali orang yang tadi di hadapannya. Dan ia
semakin terkejut karena tak melihat siapapun. Nina kembali melihat
bertanya kepada rini, setelah melihat kondisi rini yang aneh. Rini
pun memeilih diam tak menjawab itu. Dia memilih pergi ke meja makan
untuk sarapan di pagi itu. Akhirnya mereka berdua sarapan, mereka pun
sepakat untuk tidak masuk sekolah hari itu.
“Aaaaahhhhhhhh!”
sebuah teriakan yang mengagetkan mereka berdua.
“Kau
dengar itu tidak?”, tanya nina.
“Iya,”
jawab rini dengan tertegun.
“Suara
teriakan siapa itu, bukankah disini hanya ada kita berdua!” ucap
nina dengan mimik wajah seperti orang mati.
“Nin
sebaiknya kita pergi,” usul rini yang merasa tidak nyaman di
rumahnya.
“Ku
pikir saranmu ada betulnya juga,” ujar nina yang merasakan apa yang
di rasakan sahabatnya itu.
Mereka
berdua pun akan melangkah pergi dari rumah nina, sampai nina
mendengar suara ibunya memanggilnya dari kamar atas. Nina pun
langsung berlari ke kamar atas dengan secepat kilat. Tapi di kamar
itu ia tak mendapati siapapun disana, juga ibunya. Sementara rini
yang menunggu nina di dalam mobil tiba tiba melihat seseorang
misterius yang mengamatinya dari sisi jalan, orang itu memakai
pakaian serba hitam, terlebih lagi orang itu menatap ke arahnya
secara terus menerus. Rini yang merasakan keanehan di orang itu
memalingkan mukanya ke arah lain, tapi saat dia mencoba kembali
melihat sesosok itu, dia sudah tak ada disana.
“Ayo
kita pergi,” ucap nina yang keluar dari rumahnya.
“Oke,”
jawab rini yang menyalakan mesin mobilnya.
Mereka
berdua sepakat untuk menginap di hotel untuk beberapa hari, mereka
pun harus mencari KI Arjo Sepi besok pagi. Dan di tengah perjalanan
rini sempat melihat sesosok misterius yang dia lihat tadi pagi di
rumah nina, rini pun langsung memberhentikan mobilnya secara
mendadak, hal ini membuat nina kaget.
“Ada apa
sih rin?” tanya nina kaget.
“Kau
lihat orang itu tidak!” jawab rini yang turun dari mobil dan
mencari sosok itu.
“Siapa?”
sahut nina yang masih bingung. Nina pun turun dari mobil dan
menghampiri rini.
“Tak
apalah, lupakan,” ujar rini yang masuk kedalam mobil dan menyuruh
nina segera masuk, apalagi di jalan raya itu sangat sepi, bahkan tak
ada mobil atau kendaraan yang berlalu lalang seperti biasanya. Rini
pun sempat merasa cemas akan hal itu, apalagi dalam situasi seperti
ini, situasi dimana mereka dilanda teror dan ketakutan yang luar
biasa.
Sampai
akhirnya mereka tiba di sebuah hotel yang cukup ternama di kota itu.
Tapi mereka merasakan suatu keanehan di hotel itu, nina dan rini tak
mau ambil pusing tentang apa yang sedang bergejolak di pikiran
mereka. Mereka pun istirahat malam ini.
“tolong
mama nak?” ucap seseorang yang memanggilnya. Ia pun bangun mencari
asal suara itu, tapi ia tak menemukan siapapun di kamarnya. Nina pun
mencoba mencari keluar kamar, sekarang dia melihat ibunya berjalan
turun ke lift, nina pun berteriak memanggil ibunya.
“ma,
mama?” teriak nina yang memanggil ibunya sebelum pergi lebih jauh.
Dan
bersambung...?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar