7Kisah ini dimulai beberapa tahun yang lalu. Dimana sebuah cinta sedang tumbuh dan mekar dengan indahnya, namun harus berpisah karena sebuah takdir yang berbeda.
Sebuah kisah yang mengingatkan betapa Suci sebuah Cinta tanpa perlu adanya Nafsu, atau ambisi untuk bisa bersama.
Minggu pagi yang cerah di bulan januari, dimana di bulan ini biasanya hujan datang untuk menyapa setiap hari, tak peduli entah itu pagi, siang ataupun sore dan bahkan malam hari. Hari ini ada beberapa sahabat yang sedang duduk manis bersama, bercerita, bersenda gurau dan bercanda sesukanya. Bahkan tak jarang tawa mereka terdengar sampai ke rumah tetangga sebelah. Memang di rumah salah satu sahabat inilah mereka sering berkumpul bersama, hanya untuk menyempatkan waktu seperti dulu saat dimana mereka masih bersekolah. Dimana awal dari persahabatan mereka dimulai, dimana mereka semua terikat menjadi satu dalam takdir tuhan.
Dimana persahabatan abadi mereka dimulai dari hukuman atas ketidakdisiplinan dan menjadi sebuah persahabatan yang erat hingga sekarang. Bahkan persahabatan mereka melebihi ikatan darah.
"Heh Mer... Gimana ya sekarang kabar guru guru kita waktu smp? Apa masih hidup atau sudah..." Tanya Nisa. Gadis berjilbab dan berparas anggun ini, dia adalah satu dari empat sahabat yang sedang berkumpul.
"Entahlah... tapi semoga mereka sehat terus." Jawab Merlinda. Gadis yang tak kalah cantik serta berambut panjang dengan tubuh sedikit berisi ini. Diantara sahabatnya dia adalah yang paling gemuk dan doyan makan.
"Husshh... Kalian ini bicara apa sih! Sebaiknya kita doakan semua Guru kita tetap sehat, dan jangan berkata hal buruk tentang guru kita." Sahut Bunga yang mendengarkan kedua sahabatnya sedang menggosip tentang guru mereka waktu bersekolah.
"Siap mbok... Heheheh." Jawab keduanya disertai tawa cekikikan.
Memang diantara para sahabat ini umurnya yang paling tua, dan mereka biasa memanggilnya dengan sebutan "Mbok" atau ibu dalam bahasa indonesia. Padahal selisih umur mereka hanya berbeda bulan saja, namun akan tetapi tetap saja Bunga yang dianggap paling tua diantara mereka. Meski begitu dialah gadis paling kurus diantara mereka, entah apa yang membuatnya kekurangan gizi, sedangkan porsi makan dia tak jauh berbeda dengan Merlinda.
Ketika ketiga sahabat ini sedang asyik bercanda sambil mengejek bunga, keluarlah Nita dari rumahnya. Gadis berparas cantik dan bahkan paling cantik diantara ketiga sahabatnya ini datang menyambut sahabat yang sudah dari tadi menunggu dirinya bangun. Ketiga sahabat nampaknya sedikit kesal dengan telat salah satu sahabatnya ini, apalagi mereka sudah menunggu cukup lama dirinya bangun dan bersiap.
Semua itu terlihat dari tatapan mata mereka ke arahnya, serta beberapa gelas kosong yang ada di meja teras rumahnya itu.
"Aduhhh... Nampaknya putri tidur kita sudah bangun dan siap nih.." Ejek Merlinda kepada sahabatnya yang baru keluar dari rumah.
"Bagaimana tidurmu malam ini sayang, apa nyenyak?" Tambah bunga dengan mengedipkan matanya ke arah Merlin dan Nisa. Hal itu justru membuat Nita tambah tak enak hati.
"Iya maaf maaf... Soalnya aku banyak pekerjaan kok, Hehehe" Jawabnya asal yang kemudian duduk di samping Merlin.
"Lalu bagaimana dengan pangeran impianmu itu?" Sahut Nisa sambil memainkan Handphone.
"Entahlah... Dia lagi sibuk dengan pekerjaannya" ujar Nita dengan mengangkat kedua bahunya, sebagai tanda ia tidak tahu dengan kondisi pacarnya tersebut.
Memang diantara mereka semua sudah memiliki masing masing pacar, dan bahkan Nisa sudah bertunangan. Gadis anggun dan berjilbab ini memang sudah bertunangan dengan kekasihnya beberapa bulan yang lalu, ia merasa sudah mantap dengan pacarnya yang sekarang, dan dia bisa menjadi imam yang baik untuk keluarganya nanti.
Gadis berjilbab ini adalah paling religius diantara lainnya, ia juga yang paling pintar. Berbeda dengan Merlin, gadis yang tak terlalu pintar namun kesetiaannya terhadap sahabat tak perlu untuk diragukan.
Ketika semuanya sedang asyik bercerita dan menggosip. L